Reporter: Aswin | Editor: Bambang Irawan
TENGGARONG - Jelang Hari Raya IdulAdha, aktivitas perdagangan hewan kurban di Tenggarong mulai menggeliat. Salah seorang pedagang, Nurmiati, menyebutkan saat ini stok sapi kurbannya masih terbatas, yakni baru tersedia sekitar 35 ekor.
“Untuk sementara baru 35 ekor. Sapi-sapinya ada yang dari Kupang, sebagian juga dari peternak lokal sekitar Tenggarong, seperti dari Maluhu dan Rapak Lambur,” jelas Nurmiati saat ditemui di lapaknya. Jl Poros Tenggarong - Samarinda Depan Kantor Baznas, Jumat (9/5/2025).
Menurutnya, pasokan sapi tahun ini lebih banyak berasal dari Kupang dibandingkan Sulawesi. Hal ini karena pengiriman dari Sulawesi saat ini terkendala jarak dan proses pengangkutan, sementara pengiriman dari Kupang melalui jalur laut dinilai lebih mudah dan tidak terlalu ketat dari sisi karantina.
"Selama ini sih terkendala di pengirimannya, karena jauh jadi pas dari sana lewat video kondisi sapi itu masih gemuk. Tapi sampai disini itu pasti ada penurunan karena lama di perjalanan, jadi harus digenjot makanan lagi di sini," tambahnya.
Sementara itu, vaksinasi dari Dinas Peternakan disebut Nurmiati belum dilakukan. “Biasanya vaksin datang mendekati IdulAdha, setiap tahun pasti ada,” tambahnya.
Terkait harga, sapi kurban dibanderol mulai dari Rp14 juta per ekor untuk ukuran kecil yang sudah memenuhi syarat kurban (minimal usia dua tahun). Sementara untuk jenis sapi besar seperti limosin, harga bisa mencapai Rp30 juta.
Meski stok masih terbatas, Nurmiati menyebutkan sudah ada beberapa pembeli yang melakukan pemesanan. Ia memperkirakan pasokan tambahan sekitar 50 ekor akan datang dalam waktu dekat.
“Biasanya habis semua. Pernah juga ada sisa yang kecil, itu dipelihara lagi karena saya punya kandang sendiri,” tuturnya.
Untuk mengatasi sisa stok, Nurmiati juga bekerja sama dengan petani lokal yang bersedia merawat sapi dengan sistem bagi hasil. “Daripada rumputnya mubazir, kita kasih ke petani yang mau pelihara,” ujarnya.
Ia juga menuturkan harga sapi cenderung naik dari tahun ke tahun. “Harga tidak pernah turun, pasti naik, karena ongkos pengiriman juga naik. Untuk satu kali pengiriman kami bisa habiskan ratusan juta,” pungkasnya.