Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Bambang Irawan
BALIKPAPAN - Kota Balikpapan mengalami inflasi sebesar 0,82 persen (mtm) pada Juni 2025.
Sementara itu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mencatat deflasi sebesar 0,22 persen (mtm) pada periode yang sama.
Data tersebut disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan.
Secara tahunan (yoy), inflasi Balikpapan tercatat 1,77 persen, lebih rendah dari angka nasional sebesar 1,87 persen namun lebih tinggi dari gabungan empat kota di Kalimantan Timur (Kaltim) sebesar 1,62 persen.
Inflasi tahun kalender dari Januari-Juni 2025 tercatat sebesar 2,16 persen.
Inflasi di Balikpapan dipicu oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil inflasi 0,40 persen.
Komoditas utama penyumbang inflasi yakni angkutan udara, beras, bimbingan belajar, bahan bakar rumah tangga, dan kacang panjang.
Kenaikan tarif angkutan udara terjadi akibat lonjakan permintaan selama libur panjang dan Iduladha. Sementara harga beras naik karena pasokan terbatas.
Harga bahan bakar rumah tangga meningkat akibat terbatasnya pasokan di pangkalan resmi.
Sedangkan kenaikan tarif bimbingan belajar didorong tingginya permintaan menjelang ujian masuk perguruan tinggi negeri.
Produksi kacang panjang menurun akibat musim hujan yang masih berlangsung.
Di sisi lain, deflasi ditopang oleh kelompok pakaian dan alas kaki dengan andil -0,04 persen.
Komoditas penyumbang deflasi terbesar adalah daging ayam ras, angkutan laut, cabai rawit, pengharum cucian/pelembut, dan bensin.
Penurunan harga daging ayam terjadi karena distribusi lancar dan pasokan mencukupi.
Tarif angkutan laut turun karena adanya program diskon nasional sebesar 50 persen sejak 5 Juni 2025.
Penurunan harga bensin dipicu kebijakan harga baru BBM nonsubsidi Pertamina mulai 1 Juni 2025.
Sementara itu, Kabupaten PPU mencatat deflasi 0,22 persen (mtm) dengan inflasi tahunan 1,26 persen (yoy) dan inflasi tahun kalender 1,84 persen (ytd).
Deflasi di PPU utamanya disumbang kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Komoditas penyumbang deflasi tertinggi yaitu daging ayam ras, ikan tongkol, ikan kembung, jeruk, dan sawi hijau. Penurunan harga terjadi karena pasokan melimpah dan distribusi lancar.
Lima komoditas penyumbang inflasi tertinggi di PPU adalah tomat, beras, bawang merah, sigaret kretek tangan (SKT), dan kacang panjang.
Kenaikan harga tomat dan bawang merah disebabkan penurunan produksi akibat musim hujan. Harga SKT naik karena kebijakan penyesuaian margin toko lokal.
Sementara harga beras dan kacang panjang meningkat karena pasokan terbatas.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi menjelaskan tren inflasi Balikpapan sejalan dengan permintaan yang meningkat selama masa libur panjang, awal tahun ajaran baru, serta efek musim hujan yang memengaruhi produksi hortikultura.
Ia menekankan perlunya kewaspadaan terhadap potensi inflasi ke depan.
"Hasil survei konsumen BI menunjukkan keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi tetap kuat, dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 137,3 pada Juni 2025, naik dari bulan sebelumnya sebesar 128,1," ucap Robi dalam keterangan press release, Senin (7/7/2025).
Menurutnya, optimisme tersebut didukung oleh Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) yang juga menunjukkan tren positif.
BI bersama pemerintah daerah terus memperkuat koordinasi pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Balikpapan, PPU, dan Paser.
Upaya pengendalian inflasi dilakukan melalui pemantauan harga, mitigasi risiko, kerja sama antar daerah (KAD), pelaksanaan pasar murah, serta pemanfaatan lahan pekarangan untuk hortikultura.
"Ke depan, kami akan terus mendorong Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) sebagai bagian dari roadmap pengendalian inflasi 2025–2027, agar inflasi tetap dalam sasaran 2,5 persen ±1 persen," pungkasnya.