Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Warga Binaan Lapas Tenggarong Sumbang Rp12 Juta ke Kas Negara dari Produksi Meubelair

Hasil produksi meubelair warga binaan Lapas Kelas IIA Tenggarong (Foto: ist)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Warga Binaan Lapas Tenggarong Sumbang Rp12 Juta ke Kas Negara dari Produksi Meubelair

    PusaranMedia.com

    Hasil produksi meubelair warga binaan Lapas Kelas IIA Tenggarong (Foto: ist)

    Warga Binaan Lapas Tenggarong Sumbang Rp12 Juta ke Kas Negara dari Produksi Meubelair

    Hasil produksi meubelair warga binaan Lapas Kelas IIA Tenggarong (Foto: ist)

    Reporter: Lodya Astagina | Editor: Supiansyah 

    TENGGARONG - Terus berkreasi dan menunjukkan eksistensinya, hasil penjualan dari produksi meubelair Lapas Kelas IIA Tenggarong telah menyetor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp12.480.600 per Agustus 2021. 

    Kasi Kegiatan Kerja (Giatja) Lapas Kelas IIA Tenggarong, Jumari Suwandoko menyebutkan, target PNBP tahun 2021 sebesar Rp25 juta. Diakuinya, bengkel kerja lapas semakin meningkatkan kreativitasnya sejak ditetapkan sebagai lapas produksi dalam bidang meubelair pada tahun 2018 lalu oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. “Bengkel Kerja Lapas Tenggarong semakin menunjukkan eksistensinya baik dari sisi produksi maupun dari PNBP,” sebutnya. 

    Produksi yang terus meningkat ini juga ada berkat pesanan yang datang. Tak hanya wilayah Tenggarong saja, tetapi pemesanan juga berasal dari luar daerah. Sehingga, pengiriman produksi bengkel lapas sudah merambah ke luar pulau, khususnya pulau Jawa. “Hampir tiap bulan ada pemesan dari Jawa, khusus nya kursi lipat yang menjadi produk andalan dari lapas tenggarong". tulas Kasubsi Giatja Lapas Kelas IIA Tenggarong, Zairin Zain. 

    Dalam produksinya, bahan baku utama yang digunakan untuk membuat meubelair adalah kayu. Namun, saat ini pihak lapas juga mulai memproduksi meubelair menggunakan bahan baku limbah drum yang diolah menjadi kursi dan meja tamu. 

    Zairin kemudian menyampaikan, kendala utama yang dihadapi saat ini adalah ruang produksi yang sudah tidak lagi representatif untuk digunakan. Hal ini disebabkan karena kondisi luas bangunan kantor dan sarana penunjang di lapas hanya berukuran sekitar 144 meter persegi. 

    Kendati demikian, hal itu tak mengurangi semangat warga binaan untuk terus bekerja dan menghasilkan produk ciamik. “Kendala yang dihadapi oleh bengkel kerja tidak berarti menghalangi kami untuk tetap berkreasi dan produksi,” tuturnya. 

    Ditambahkan oleh Kalapas Kelas IIA Tenggarong, Agus Dwirijanto, bahwa tahun ini Lapas Tenggarong mendapat program pelatihan kemandirian sebanyak 10 paket dengan melibatkan 200 warga binaan. Mereka juga mendapatkan bantuan belanja modal dalam bidang konveksi. 

    Kebijakan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan ini bertujuan agar warga binaan bisa semakin mengasah kreativitas mereka. Tentunya, ini adalah kemampuan yang bisa menjadi bekal dan mereka bawa setelah bebas nantinya. “Diharapkan dengan adanya belanja tersebut semakin membuat warga binaan semakin kreatif dan memiliki keterampilan,” tutupnya.