Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Konsumsi Beras di PPU Turun jadi 89,9 Perkilogram Perkapita

Kepala Dinas Ketahanan Pangan PPU Surito Widarie. (Foto: Adi Kade/pusaranmedia.com)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Konsumsi Beras di PPU Turun jadi 89,9 Perkilogram Perkapita

    PusaranMedia.com

    Kepala Dinas Ketahanan Pangan PPU Surito Widarie. (Foto: Adi Kade/pusaranmedia.com)

    Konsumsi Beras di PPU Turun jadi 89,9 Perkilogram Perkapita

    Kepala Dinas Ketahanan Pangan PPU Surito Widarie. (Foto: Adi Kade/pusaranmedia.com)

    Reporter: Adi Kade | Editor: Supiansyah 

    PENAJAM - Konsumsi beras di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mengalami penurunan dari 113 menjadi 89,9 per kilogram (Kg) per kapita per tahun. Beberapa tahun sebelumnya, kebutuhan beras di PPU mencapai 17.000 ton per tahun. Namun, tahun ini kebutuhan beras telah mengalami penurunan ke angka 15.791 ton per tahun. 

    “Berdasarkan hasil survei, konsumsi beras secara nasional mengalami penurunan. Termasuk di PPU. Sekarang konsumsi beras berhasil diturunkan dari 113 menjadi 89,9 per kilogram per kapita per tahun,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan PPU Surito Widarie, Jumat (31/12/2021).

    Pemerintah berhasil menekan tingkat konsumsi beras melalui program diversifikasi pangan. Pemerintah pusat dan daerah gencar mensosialisasikan produk pangan lainnya yang memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi. 

    “Kenapa konsumsi beras ini mengalami penurunan. Karena kita gencar menggampangkan diversifikasi pangan. Kita memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan produk pangan lainnya seperti umbi-umbian dan jagung,” terangnya.

    Surito Widarie mengungkapkan, di Indonesia masih menjadikan beras sebagai produk pangan utama. Padahal, masih banyak produk pangan alternatif lainnya yang memiliki kandungan karbohidrat. 

    “Kami terus berupaya menurunkan konsumsi beras. Dan secara perlahan masyarakat didorong mengonsumsi ubi kayu, ubi jalan dan jagung. Seperti nasi tiwel di Jawa, itu harus dipertahankan dan jangan menganggap itu produk pangan yang tidak bermartabat,” imbuhnya. 

    Ia menekankan, pemerintah pusat dan daerah melakukan program diversifikasi pangan untuk menurunkan konsumsi beras. Hal tersebut dilakukan untuk memperkokoh ketahanan pangan nasional.