Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Pemancing yang Hilang di Laut Bontang Ternyata Ketua MUI Marangkayu

Petugas BPBD Bontang tengah melakukan pencarian. (Foto: Dok BPBD Bontang).

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Pemancing yang Hilang di Laut Bontang Ternyata Ketua MUI Marangkayu

    PusaranMedia.com

    Petugas BPBD Bontang tengah melakukan pencarian. (Foto: Dok BPBD Bontang).

    Pemancing yang Hilang di Laut Bontang Ternyata Ketua MUI Marangkayu

    Petugas BPBD Bontang tengah melakukan pencarian. (Foto: Dok BPBD Bontang).

    Reporter: Abdi I Editor: Supiansyah

    BONTANG – Pencarian terhadap Muhammad Toha, pemancing yang hilang dalam insiden tabrakan dengan tanker di Laut  Telaga Serang, Bontang, belum membuahkan hasil, Minggu (10/1/2021).

    Muhammad Toha diketahui merupakan warga Desa Santan Ilir, Kecamatan Marangkayu, Kutai Kartanegara. Dia merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Marangkayu dan aktif sebagai penceramah serta guru ngaji.

    Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bontang Ahmad Yani mengatakan pencarian hingga sore tadi belum membuahkan hasil. “Sampai saat ini masih nihil," kata Yani.

    Pencarian sendiri melibatkan tim dari BPBD, Basarnas, Tim Marine Indominco, dan kelurga korban.

    Adapun pencarian Senin besok maish akan dikoordinasikan.  "Akan dirapatkan kembali dengan mempertimbangkan semua aspek. Baik aspek secara non alam maupun faktor alam. Seperti cuaca dan gelombang," ungkapnya.

    Menurut Yani, kapal yang mereka tumpangi tenggelam diduga bertabrakan dengan tanker. Kapal itu sendiri berisi empat orang, yakni Muhammad Yunus (50), Mustari (41), Safarudin (54), dan Muhammad Toha.

    Adik ipar Muhammad Toha, Abdul Galib mengungkapkan kakaknya memang hobi memancing dan kerap ia lakukan saat akhir pekan. "Dia (Toha) pergi memancing bersama temannya hari Sabtu. Info dari keluarga seperti itu," ujarnya.

    Menurut pengakuan rekan-rekan Muhammad Toha, kata Galib,  posisi kapal yang mereka tumpangi sedang ditutup terpal karena turun hujan.

    Mereka kemudian berusaha menyelamatkan diri setelah mendengar suara kapal tanker. "Begitu mencoba membuka terpal, kapal sudah berbenturan. Mereka hanya ingat ciri kapal tersebut (tanker) memiliki dua lampu kuning,” ujarnya.

    Sesuai pengakuan ketiga korban, kapal yang mereka gunakan tetap dengan pencehayaan lampu yang dihidupkan dari mesin genset.