Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Batik Melayu Kutai Dengan Corak Buah Lai Khas Kukar Tembus Pasar Nasional

Kabid Perindustrian Disperindag Kukar, Imam Pranawa menciptakan motif khas Batik Melayu Kutai dan menunjukkan beberapa karyanya (Foto: Lodya/pusaranme

Jam terbangnya di dunia peragaan busana juga tidak perlu diragukan lagi. Banyak kegiatan yang sudah diikutinya, baik di dalam mau pun luar daerah. Seperti Jogja Fashion Week, Jogja Fashion Parade, Central Java Fashion Week, di Solo Jawa Tengah, hingga Palu di Sulawesi Tengah.

“Kalau di Kalimantan paling banyak di Tenggarong. Samarinda baru dua kali, karena kalau Samarinda dia fokus untuk sarung Samarinda,“ ujarnya.

BERITA TERKAIT

    Lifestyle

    Batik Melayu Kutai Dengan Corak Buah Lai Khas Kukar Tembus Pasar Nasional

    PusaranMedia.com

    Kabid Perindustrian Disperindag Kukar, Imam Pranawa menciptakan motif khas Batik Melayu Kutai dan menunjukkan beberapa karyanya (Foto: Lodya/pusaranme

    Jam terbangnya di dunia peragaan busana juga tidak perlu diragukan lagi. Banyak kegiatan yang sudah diikutinya, baik di dalam mau pun luar daerah. Seperti Jogja Fashion Week, Jogja Fashion Parade, Central Java Fashion Week, di Solo Jawa Tengah, hingga Palu di Sulawesi Tengah.

    “Kalau di Kalimantan paling banyak di Tenggarong. Samarinda baru dua kali, karena kalau Samarinda dia fokus untuk sarung Samarinda,“ ujarnya.

    Batik Melayu Kutai Dengan Corak Buah Lai Khas Kukar Tembus Pasar Nasional

    Kabid Perindustrian Disperindag Kukar, Imam Pranawa menciptakan motif khas Batik Melayu Kutai dan menunjukkan beberapa karyanya (Foto: Lodya/pusaranme

    Reporter: Lodya Astagina | Editor: Buniyamin

    TENGGARONG - Kutai Kartanegara (Kukar) memiliki batik dengan motif ciri khas sendiri, yakni Batik Melayu Kutai.

    Mungkin masyarakat awam Kukar masih belum tahu soal ini. Mengapa ? Karena Batik Melayu Kutai memang baru hadir dalam 12 tahun terakhir.

    Disainer Imam Pranawa menjadi orang pertama yang menciptakan motif-motif Batik Melayu Kutai. 

    Imam mengaku, walaupun latar belakang pekerjaannya merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kukar, tapi mendesain batik sudah menjadi hobi dan kesenangan tersendiri baginya. 

    Diceritakannya, awal mula Batik Melayu Kutai hadir pada 2010 silam. Waktu itu sama sekali belum ada batik khas milik Kukar.

    Saat itu hanya motif cumi atau motif dayak saja yang dijual di pasaran yang diketahuinya. Termasuk bertanya kenapa Kukar tidak memiliki ciri khas batik sendiri.

    Berangkat dari pemikiran itu, Imam Pranawa  memutuskan bahwa Kukar pun harus punya motif khas batik miliknya. 

    “Kenapa kabupaten lain punya motif khas. Kenapa saya nggak bikin aja. Akhirnya berdasarkan pemikiran itu saya mulai menciptakan motif-motif kearifan lokal di Kukar,” tuturnya. 

    Corak-corak khas dipilihnya sebagai representasi Kukar. Salah satunya Buah Lai dengan nama Latin Durio Kutejensis.

    Penggalan Kute, menurut Imam, sama sebutannya dengan kata Kutai. Kendati bukan buah asli dari Kukar, tetapi ia merasa buah yang awal tumbuhnya di Kalimantan ini cocok dijadikan motif batik khas Kukar. 

    Buah Lai, kata Imam, mempunyai ciri khusus. Bentuknya luarnya sama seperti durian, tapi perbedaan warnanya yang menarik perhatian.

    Buah lai memiliki warna oren cerah sehingga menjadi salah satu motif khas Batik Melayu Kutai. “Dengan branding Batik Melayu Kutai ini saya tidak memasukkan motif dayak atau motif cumi istilahnya. Jadi kita menggunakan kearifan lokal yang ada,” kata Imam. 

    Sejauh ini ada enam motif miliknya yang sudah dipatenkan, diantaranya Buah Lai, Pucuk Tegaron, Paku Raja, Sirih Raja, Miskat dan Jajak (kue) Cincin.

    Enam motif itu sudah dipasarkan, tapi masih dalam proses untuk sertifikasi adalah Jajak Keminting, Jajak Temu Kunci, Buah Jelayan, Kopiah Sahung, Gula Gaet, dan Kembang Janggut. 

    Mengikuti perkembangan zaman, Imam tak hanya menjual kain batik saja. Tapi ia juga berinovasi membuat jaket bomber dari kain batik.

    Jaket ini masih keluaran baru dan masuk proses pemasaran. Pria yang dulunya menempuh pendidikan bidang kesehatan ini membanderol harga kain batik dengan harga berbeda.

    Untuk harga, ada yang dibanderol Rp250 ribu per dua meter untuk kain primis batik secara keseluruhan. Ada juga kain primis untuk standar peragaan busana dibanderol dengan harga Rp300 ribu per dua meter. 

    Proses produksi Batik Melayu Kutai dimulai dari proses menggambar oleh dirinya sendiri, sebelum akhirnya masuk tahapan pembatikan dan cetak.

    Sementara untuk proses cetak, ia masih bekerjasama dengan temannya yang ada di Yogyakarta.

    Diakuinya, masih belum bisa membangun pabrik cetak kain batik sendiri di Kukar karena mempertimbangkan banyak aspek yang mencemari lingkungan. 

    “Pembuangan limbahnya karena bagaimana pun juga proses pembatikan ada limbah. Kalau di sini saya harus menyiapkan sepiteng yang memenuhi persyaratan biar tidak mencemari lingkungan,” tukasnya. 

    Setelah belasan tahun berkecimpung di dunia batik, Imam perlahan mulai mengenalkan Batik Melayu Kutai secara luas. Mulai dari kolega yang ada di dinas-dinas, hingga mengikuti peragaan busana yang ada di beberapa kota di luar daerah.

    Tak jarang, Imam juga menjadi pihak yang mensponsori sebuah kegiatan. Seperti kegiatan yang biasanya diselenggarakan oleh Taruna Dara Kukar. Pakaian-pakaian yang dikenakan merupakan Batik Melayu Kutai miliknya.

    Tidak hanya itu, ia juga kerja sama dengan Asosiasi Duta Wisata Indonesia (Adwindo) Kukar dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kukar. 

    Dirincikannya, beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kukar telah menggunakan Batik Melayu Kutai sebagai seragam kerja. Kendati tidak semua dan didominasi individu saja, tapi ini sudah menunjukkan bahwa Batik Melayu Kutai sudah mulai dilirik. 

    “Saat kegiatan MTQ biasanya, ada beberapa OPD seperti DPPPA, Bappeda dan DPMPTSP. Ada beberapa yang masih belum jadi seragam, tetapi masing-masing individu sudah banyak yang punya,” ujarnya. 

    Pria yang akan pensiun bulan Desember 2022 ini mengaki bisa fokus pada kegiatan peragaan busana usai purna tugas nantinya. Sebab memang tidak memungkinkan bagi dirinya yang berprofesi sebagai PNS untuk sering meminta izin. Dalam waktu dekat ada beberapa peragaan busana yang bakal diikutinya. 

    Bulan Agustus mendatang akan ada peragaan busana di Kota Pelajar, Surabaya Fashion Trend dan Semarang Fashion Trend. Untuk bulan Juli ini, Imam masih menimbang-nimbang bakal ikut berpartisipasi atau tidak, mempertimbangkan kondisi pekerjaannya sebagai PNS. 

     

    Jam terbangnya di dunia peragaan busana juga tidak perlu diragukan lagi. Banyak kegiatan yang sudah diikutinya, baik di dalam mau pun luar daerah. Seperti Jogja Fashion Week, Jogja Fashion Parade, Central Java Fashion Week, di Solo Jawa Tengah, hingga Palu di Sulawesi Tengah.

    “Kalau di Kalimantan paling banyak di Tenggarong. Samarinda baru dua kali, karena kalau Samarinda dia fokus untuk sarung Samarinda,“ ujarnya.