Reporer : Seno | Editor : Buniyamin
TANJUNG REDEB - Kabupaten Berau selain terkenal dengan wisata bawah laut dan keindahan alamnya, juga terkenal dengan wisata sejarahnya.
Dua diantaranya adalah Museum Keraton Gunung Tabur dan Keraton Sambaliung.
Selain sebagai situs sejarah, pemerintahan kesultanan di dua wilayah itu masih eksis sebagai ajang pelestarian budaya hingga kini.
Tidak hanya itu, di Berau juga masih terdapat peninggalan sisa pemerintahan Belanda di Bumi Batiwakkal, tepatnya di Kecamatan Teluk Bayur.
Masyarakat Berau tentu tak asing dengan sebutan Lapangan Steinkollen.
Dahulu lapangan tersebut sering digunakan bermain sepak bola semasa pendudukan pemerintahan Hindia Belanda, bukan hanya pemain lokal, Ajax Amsterdam pernah bermain di Lapangan Steinkollen Teluk Bayur.
Selain itu, terdapat juga bangunan yang sempat digunakan sebagai kantor sementara Camat Teluk Bayur yang ternyata sudah ada sejak zaman Belanda.
Arsitektur khas Eropa dengan furniture kayu jati yang kokoh menghiasi bangunan tersebut.
Camat Teluk Bayur, Endang Iriani mengaku sejak Desember 2021 telah menerima intruksi Bupati Sri Juniarsih untuk mengurus bangunan tersebut agar dijadikan museum.
Langka untuk menjaga kemurnian sisa peninggalan Belanda di Bumi Batiwakkal.
Endang menjelaskan saat ini proses tersebut telah diserahkan kepada Dinas Pariwisata dan BPKAD Berau untuk pengelolaan lahannya.
"Berkas yang bisa kami kerjakan sudah kami serahkan kepada Dinas Pariwisata dan BPKAD," terang Endang.
Ia berharap jika nantinya pencanangan museum jadi dilaksanakan, maka dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar melalui sektor pariwisata dan peningkatan UMKM.
"Kami di sini juga ingin menjadikan itu sebuah museum karena beberapa barang yang ada masih asli," jelasnya.
Menurut catatan yang dihimpun, pada 1912 pernah berdiri sebuah perusahaan baru bara asal negeri kincir dengan nama Steinkollen Matschappy Parapattan (SMP).
Setelah berdirinya perusahaan tersebut, Kecamatan Teluk Bayur berkembang pesat, bahkan Tanjung Redeb yang saat ini sebagai pusat ibukota pemerintahan pada 1930 kalah maju dengan paradapan masyarakat di Teluk Bayur.