Reporter: Ainur Rofiah| Editor: Buniyamin
SANGATTA - Pemerintah pusat mencatat ada sebanyak 14 ribu orang di Indonesia terkena penyakit filariasis atau kaki gajah pada 2019 lalu.
Penyakit yang disebabkan oleh caci filaria ini, menular melalui nyamuk sehingga pengobatan harus secara menyeluruh.
Kementerian Kesehatan juga telah menginstruksikan tiap-tiap dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota untuk menekan angka di tiap-tiap daerah.
Di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), pemkab berhasil menekan penularan penyakit tersebut. Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) terus dilakukan sejak 2015 sampai 2019.
Sebenarnya pelaksanaannya harus lima tahun, tapi pada 2020 pemerintah terfokus pada kasus Covid-19.
Kepala Dinkes Kutim, Bahrani Hasanal melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Muhammad Yusuf mengungkap Kecamatan Muara Ancalong dan Muara Bengkal masih menghadapi penyakit ini.
"Sebelum Kutim terbentuk, penyakit kaki gajah ini sudah ada dan memang pengobatan sudah dilakukan, walau saat itu belum maksimal," ucapnya.
Setelah melakukan pengobatan secara rutin, pemerintah akan mengevaluasi perkembangan penyakit kaki gajah yang tersebar di daerah tersebut.
Kutim berhasil melalui tahapan pertama proses penyembuhan filariasis melalui pengobatan massal ini dan berlanjut kepada tahapan selanjutnya.
"Perkembanyan penyakit ini dievaluasi, apakah masih banyak yang terjangkit. Alhamdulillah, kita berhasil melewati tahapan itu," ujarnya.
Komitmen pemerintah memberantas penularan ini dalam rangka mengeliminasi penyakit filariasis di 2030 mendatang.
Berdasarkan hasil survei terakhir, penyakit kaki gajah di Kutim saat ini sudah berada di bawah satu persen. Artinya penyebaran penyakit tersebut berhasil dikendalikan.
Namun jika hasil survei ini mengalami kenaikan, maka pengobatan filariasis dinyatakan gagal dan tahapannya harus diulang kembali mulai awal, yakni pengobatan rutin selama lima tahun.
"Risikonya apabila presentase ini kemudian ditemukan naik, maka kita harus mengulangi seluruh tahapan pengobatan filariasis dari awal," jelasnya.
Saat ini, Kutim sudah melalui survei Pre TAS (Transmission Assessment Survey). Di mana masyarakat umum menjadi target survei ini dengan hasil di bawah satu persen.
Selanjutnya, Kutim akan melalui TAS, yang targetnya adalah anak-anak sekolah guna memastikan penyakit filariasis tidak menjangkiti generasi muda.
"Agar tidak terkena penyakit Kaki Gajah, tindakan preventif atau pencegahan perlu dilakukan, seperti penggunaan obat nyamuk, dan meminum obat cacing," tandasnya.