Reporter: Diansyah | Editor: Bambang Irawan
NUNUKAN - Puluhan sopir angkot yang beroperasi di wilayah Pulau Nunukan, sekira pukul 10.00 Wita melakukan aksi turun ke jalan menolak keberadaan transportasi online yang beroperasi di wilayah Nunukan.
Mereka beralasan kehadiran transportasi online ini membuat pendapatan menurun lantaran jalur operasi para sopir angkot diserobot oleh pengemudi transportasi online.
"Intinya kami turun ini menolak keberadaan mereka, biasanya dalam sehari kami bisa dapat penghasilan Rp100 ribu paling sedikit Rp50 ribu, sekarang mau berapa minggu ini satupun penumpang sudah tidak ada," ujar Herman, salah seorang sopir angkot yang turun aksi di Alun-Alun Nunukan ini.
Kekesalan para sopir angkot ini bukan tanpa alasan, menurut Herman pengemudi transportasi online yang beroperasi ketika ada permintaan melalui aplikasi saja, tapi yang terjadi di lapangan, justru para pengemudi online ini justru mangkal dan mengambil penumpang di spot-spot yang justru menjadi sumber penghasilan sopir angkot.
"Seperti di RSUD kemarin, ada tiga sopir online yang mangkal di sana, dan seenaknya saja mengambil penumpang. Sementara daerah itu menjadi sumber makan kami. Begitu juga di pasar-pasar," kesal Herman.
Dia bersama puluhan sopir angkot yang hingga saat ini masih bertahan dan melayani transportasi umum di Nunukan meminta stakeholder terkait menghentikan pengoperasian transportasi online tersebut.
Kapolres Nunukan AKBP Ricky Hadiyanto melalui Kasat Lantas AKP Arofiek Aprilian Riswanto yang menemui pengunjuk rasa berjanji akan menyelesaikan persoalan sopir angkot versus transportasi online tersebut.
"Izinkan saya mengurai persoalan ini, saya secepatnya akan memanggil manajemen Maxim hingga sopir-sopirnya untuk menyelesaikan masalah ini," jamin Arofiek saat menemui pengunjuk rasa, Selasa (30/8/2022).
Arofiek meminta dalam sepekan ini para sopir angkot untuk tidak melakukan aksi-aksi berlebihan yang justru menimbulkan persoalan lain, apalagi hingga terjadi kasus pidana umum.
"Jangan karena terpancing emosi, justru rekan-rekan malah memancing pertengkaran sehingga terjadi pidana umum, bukannya menyelesaikan persoalan malah muncul kasus baru. Semoga ini bisa dipahami dan serah sama saya untuk menanganinya," harap mantan Kasat Lantas Polres Tarakan ini.
Menurut Arofiek, persoalan sopir angkot versus sopir online ini bukan kali pertama yang ditangani, sebelumnya permasalahan saat munculnya bentrokan pertama kali antara sopir angkot dan online di Kaltara, pihaknya pula yang menangani sehingga ditemukan solusi antara kedua pihak yang dia tanganinya saat bertugas di Polresta Tarakan. "Semua masalah pasti ada solusi, berikan saya waktu satu minggu ini akan saya selesaikan dengan baik," pungkasnya.