Reporter: Diansyah | Editor: Bambang Irawan
NUNUKAN - Kondisi curah hujan tinggi kembali melanda Nunukan beberapa hari terakhir. Situasi ini mendapat perhatian serius Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan.
Kepala Pelaksana BPBD Nunukan, Arief Budiman menyampaikan saat ini tengah menyusun peta rawan bencana. Selain itu, pihaknya terus memantau terhadap wilayah yang kerap dilanda banjir dan tanah longsor.
"Berdasarkan kejadian sebelumnya, wilayah tiga yang kerap dilanda banjir karena baru-baru ini terjadi di Kecamatan Krayan Selatan longsor dan banjir bandang di Kecamatan Krayan," ujar Arief Budiman.
Dijelaskan Arief, wilayah yang kerap dilanda banjir yakni Kecamatan Sembakung, Sembakung Atulai, Lumbis, Lumbis Ogong, Lumbis Pansiangan dan Lumbis Hulu. Selain itu, terkadang terjadi longsor di titik daerah aliran sungai (DAS) Sembakung.
"Daerah pinggiran sungai paling rawan terjadi longsor. Kalau di Krayan banjir bandang kemarin pertama kali.
Biasanya banjir terjadi tidak sampai merusak sawah masyarakat. Longsor yang terjadi itu di kaki gunung. Sebatik juga sering terjadi longsor," ungkapnya.
Berdasarkan data yang diperoleh BPBD Nunukan selama 2022 mulai Januari hingga Oktober tercatat bencana banjir terjadi lima hingga enam kali.
Baginya, banjir dan longsor terjadi karena curah hujan tinggi, belum lagi berdasarkan kejadian sebelumnya banjir kerap terjadi di awal tahun.
"Di Nunukan, kejadian bencana alam kadang terjadi di awal tahun. Namun tidak menentu karena kita tidak memiliki musim. Ya, tergantung cuaca jika curah hujan tinggi seperti saat ini harus siaga mengantisipasi terjadi hal yang tidak diinginkan. Apalagi hasil rapat bersama BMKG, sekarang masih cuaca ekstrem di Indonesia. Banyak kejadian bencana akibatnya curah hujan tinggi," bebernya.
Menghadapi cuaca ekstrem BPBD Nunukan telah melakukan kesiapsiagaan, dengan letak geografis memiliki 21 kecamatan dan 232 desa, BPBD Nunukan memberdayakan aparat desa dengan membentuk desa tangguh bencana.
Hadirnya desa tangguh bencana diharapkan dapat ditopang melalui anggaran dana desa, khususnya desa yang kerap dilanda bencana.
"Setelah terbentuk, kita mendorong desa untuk menganggarkan penanggulangan bencana dari dana desa. Sehingga bisa bergerak menangani. Sudah ada beberapa desa yang terbentuk, sehingga desa paham apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana. Peralatan kita masih kurang, penanganan banjir Sembakung sudah diajukan pengadaan perahu. Untuk mesin sudah ada. Perahu digunakan untuk evakuasi warga sudah ada tiga unit," pungkasnya.