Reporter: Anas Abdul Kadir | Editor: Bambang Irawan
TANA PASER - Memilih untuk menjadi abdi negara merupakan pilihan seseorang. Beginilah yang diungkapkan perwira pertama tingkat ketiga AKP Kamin.
Haji Kamin, biasa disapa kini menjabat sebagai Kasi Humas Polres Paser, kesehariannya tak jauh-jauh dengan berkomunikasi dengan warga bahkan dengan kalangan wartawan.
Niatnya menjadi penegak hukum sedari kecil dibuktikan dengan mendaftarkan diri ke Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada 1985 silam di Kabupaten Rembang, tanah kelahirannya.
Saat itu, dia tak memilih apakah nantinya ditempatkan di kepolisian atau di Tentara Nasional Indonesia.
"Saya waktu daftar ABRI nggak mikir mau ditempatkan di mana? mau dijadikan polisi, TNI AD, TNI AL terserah. Waktu itu kami tidak bisa memilih, tergantung dari hasil tes akhir. Kebetulan saya masuk di kepolisian," kenang Haji Kamin sembari mengerutkan dahinya.
Meski ia telah mendaftar dan lulus pada 1985, tapi baru mulai ikut pendidikan dua tahun kemudian, tepatnya 1986/1987 di Watukosek Pusdik Brimob, Pasuruan, Jawa Timur.
Usai pendidikan, dirinya langsung dikirim ke Polda Kaltim menunggu surat penempatan. Diungkapkan dia, baru sepekan di SPN Balikpapan dirinya langsung di kirim ke Polres Paser dan masuk ke bagian Lalu Lintas.
"Saya pertama penempatan langsung di Lalu Lintas," bebernya.
Di Satuan Lalu Lintas ini, dirinya menjabat selama 32 tahun lamanya. Hampir semua unit dan bagian pernah dia masuki, mulai dari STNK, BPKB dan pernah menjabat Kanit Laka hingga Kanit BPKB.
"Saya mulai dapat jabatan di Lalu Lintas pada 2008. Sebelum jadi Kanit Laka, saya pernah jadi Kaur Bin Ops (KBO) selama tujuh bulan," sambung dia.
Tiga dekade di Satuan Lalu Lintas, dirinya telah banyak makan asam garam hingga dicaci maki masyarakat saat bertugas, itu merupakan hal biasa.
"Pernah waktu itu, saya negur orang di area Kandilo Plaza, sebabnya melawan arah. Kebetulan jalur itu sebelumnya bisa dilalui dua arah. Saat saya tegur, pengendara itu marah-marah dan emosi nunjuk-nunjuk muka saya," ucap dia.
Semua kejadian yang dialaminya itu merupakan risiko seorang abdi negara. Jika emosi dikedepankan, justru citra kepolisian sebagai pengayom hilang dalam sekejap. Apalagi Satuan Lalu Lintas merupakan garda terdepan bagi anggota Polri.
Kenangan yang paling melekat saat menjabat, ucap Kamin adalah saat ia menangani Bukti Pembelian Kendaraan Bermotor (BPKB).
Saat itu ia menerima berkas dan memeriksa datanya. Di situ ditemukan banyak keganjilan, mulai nomor rangka dengan kendaraan berbeda dan sebagainya.
Haji Kamin pun memutuskan untuk mengecek ke situs data kendaraan bermotor. Hasilnya, kendaraan tersebut tak memiliki nomor seri, sehingga diputuskan mengembalikan berkas dan tak bisa dilanjutkan.
Ditambah lagi saat masuk ke Unit Laka Lantas. Baginya, unit tersebut banyak berkesempatan untuk membantu seseorang yang terkena musibah. "Jadi itu sesuatu yang saya rasakan. Pernah ada yang datang ke saya mengaku kalau pernah saya bantu. Saya pun nggak ingat kapan," ucap dia.
Kamin berprinsip kecelakaan merupakan musibah, baik korban atau lawannya. Kedua belah pihak dianggapnya sedang menerima musibah karena tidak ada orang yang menghendaki.
"Meskipun di situ ada sebab akibat. Baik pelaku maupun korban sama-sama tidak mau kecelakaan ini terjadi," lanjut dia.
Hasil pengabdiannya, ia mendapatkan kesempatan alih golongan pada 2013 lalu dan terpilih untuk promosi menjadi perwira, meskipun pendidikan asal dari bintara.
"Saya berkesempatan untuk ikut pendidikan perwira karena segala persyaratan terpenuhi. Karena alih golongan pendidikan saya hanya satu bulan di Balikpapan," ucap dia.