Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Penjualan Batu Akik Pasar Inpres Kebun Sayur Tak Lagi Mengkilap

LESU. Salah satu penjual batu permata atau batu akik di Pasar Inpres Kebun Sayur Balikpapan, Jumat (2/12/2022). (Foto: Achmad Fadillah/Pusaranmedia.com)

BERITA TERKAIT

    Mikro

    Penjualan Batu Akik Pasar Inpres Kebun Sayur Tak Lagi Mengkilap

    PusaranMedia.com

    LESU. Salah satu penjual batu permata atau batu akik di Pasar Inpres Kebun Sayur Balikpapan, Jumat (2/12/2022). (Foto: Achmad Fadillah/Pusaranmedia.com)

    Penjualan Batu Akik Pasar Inpres Kebun Sayur Tak Lagi Mengkilap

    LESU. Salah satu penjual batu permata atau batu akik di Pasar Inpres Kebun Sayur Balikpapan, Jumat (2/12/2022). (Foto: Achmad Fadillah/Pusaranmedia.com)

    Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Buniyamin

    BALIKPAPAN - Pedagang batu berwarna permata atau batu akik merasakan turunnya pendapatan.

    Seperti dialami Abidin, penjual permata di Pasar Inpres Kebun Sayur Balikpapan. Menurutnya, meski harga turun drastis tapi tetap sepi pembeli, tak lagi 'semengkilap' seperti tujuh tahun silam.

    "Jauh turunnya, jauh sekali karena saya sudah merasakan sekitar tujuh tahunan lah, yang parahnya di tambah tiga tahun dikarenakan pandemi Covid-19 ini," ucapnya kepada Pusaranmedia.com, Jumat (2/12/2022).

    Dulu, kata dia, banyak pengunjung yang datang membeli batu akik, tapi sekarang tidak seperti itu lagi.  "Kalau dulu laris semua biar kerajinan batu, dulu aja tas-tas manik pasti di bawa orang lewat pesawat. Sekarang siapa lagi karena pesawat dan bagasinya juga mahal," cetusnya.

    "Kita kalau penjual dulu minimal paling rendah dari target 60 persen, ini nggak ada lagi persen-persenan. Kalau dapat ya dapat, kalau nggak ya nggak dan terpenting bertahan sudah," tambahnya.

    Untuk peminat batu permata itu masih ada batu mulia, seperti blue safir, kecubung dan merah ruby, tapi harga tidak semahal dulu yang mencapai jutaan.

    Sekarang, lanjut dia, harus sesuai bujet pembeli. "Artinya sudah turun, pembeli sudah daya belinya tidak bisa lagi yang mahal hanya standar bawah aja, itu pun sudah susah juga," ujarnya.

    Ia mengharapkan pemerintah menurunkan harga tiket pesawat agar dunia bisnis bisa meningkatkan kembali. "Tiket pesawat luar biasa harganya, dulu kita ke Banjarmasin Rp300 ribu dan paling mahal Rp400 ribu. Sekarang Rp1,5 sampai 1,9 juta, kayak apa mau bergerak bisnis," terangnya.

    Selain itu, Abidin berharap juga agar Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan turut menurunkan retribusi pasar, yang dinilai Rp235 ribu cukup memberatkan di jaman sekarang.

    "Itu belum beban sewa ruko. Kalau bagian yang di dalam mungkin Rp150 ribu. Tapi retribusi ini kita berharap ada kebijakan pemerintah minimal 50 persen kah," imbuhnya.

    Begitu pula penjual batu permata lainnya, Syamsul Bahri mengaku hal serupa. Menurutnya pembeli yang berkunjung di Pasar Inpres Kebun Sayur ini lebih banyak dari laur daerah sebagai sovenir.

    "Kalau berharap ke penduduk lokal susah mas, saya aja kalau ada pembeli misalnya dari Malaysia, saya tukarkan nomor sapa tau ada rekannya yang beli jadi tinggal kontak ke saya. Kalau dari pengunjung mungkin hanya lewat, jarang-jarang ada yang mau beli baru akik," katanya.