Reporter: Ainur Rofiah | Editor: Buniyamin
SANGATTA - Direktur Utama Perumdam Tirta Tuah Benua (TTB) Kutai Timur, Suparjan menunjukkan proses produksi dan teknologi yang digunakan hingga menghasilkan air bersih untuk warga.
Suparjan menjelaskan terdapat enam tahapan dalam proses filterisasi air Sungai Sangatta yang akhirnya berubah menjadi air bersih.
Proses diawali penyedotan air baku oleh instalasi penyadap atau intake dengan menggunakan tiga mesin seharga mobil SUV Pajero Sport per unitnya.
“Mesin-mesin ini beroperasi 24 jam setiap hari, kita juga ada tiga backup mesin. Jadi jika terjadi truble dapat segera diganti, sehingga tidak mengganggu pelanggan,” ucapnya.
Selanjutnya, air yang disedot intake dialirkan menuju kolam penampungan pra sedimentasi di ketinggian kurang lebih tujuh meter dari instalasi penyadap.
Pada instalasi ini, air akan dilakukan pendendahuluan sebelum memasuki proses selanjutnya. “Fungsi utama dari pra sedimentasi ini adalah untuk menghilangkan partikel diskrit, pasir, lumpur, maupun material kasar lainnya agar tidak masuk kedalam Instalasi Pengelolahan Air (IPA),” terangnya.
Pada tahap ketiga, air akan diaduk dengan cepat atau Koangulasi sembari ditambahkan zat kimia guna memperbesar ukuran zat padat dalam air baku. Bahan kimia yang ditambahkan yakni, aluminium sulfar atau tawas, soda ash dan kaporit. Dan dilanjutkan dengan pengadukan lambat atau flkulasi.
Setelah proses pencampuran zat kimia, selanjutnya memasuki proses sedimentasi atau pendendapan. Tahap ini sebagian besar padatan mendendap dan menghilangkan partikel malayang saat air mengalir lamban.
“Sistem produksi ini untuk mengubah kualitas air baku yang belum memenuhi kualitas air minum, menjadi air minum. Diperlukan suatu proses pengelolahan air baku yang melalui proses fisik, kimiawi, atau biologi sampai menjadi air minum yang memenuhi syarat kualitas yang telah ditetapkan oleh Permenkes nomor 907 tahun 2022,” imbuhnya.
Selain Permenkes nomor 907 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum. Untuk menghasilkan air berkulitas juga mengacu pada Permenkes nomor 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
Pada proses filtrasi atau penyaringan, air akan melewati media pasir silika yang tersusun beberapa lapisan dengan ukuran berbeda. Dilanjutkan dengan penambahan zat disinfektan guna menghilangkan kuman didalamnya.
“Setelah itu memasuki proses terakhir, yaitu pengujian kualitas air di laboratorium. pengujian kualitas air dilakukan setiap satu jam sekali,” jelas Suparjan didampingi oleh Dirtek Galuh Boyo Munanto.
Setelah melalui segara proses tersebut, air dipastikan dapat langsung diminum. Lantaran memiliki pH air standar 6,5-8,5. Sementara kekeruham maksimal diangka 5 NTU dan sisa Chlor maksimal 2 mg/liter pada ujung pipa distribusi 0,2 mg/liter.
Direktur Teknik Perumdam langsung membuktikan dihadapan para awak media saat berada di laboratorium. Langsung meminum air dari kran yang telah melalui seluruh tahapan di IPA Kabo, hal itu lantaran air yang dihasilkan telah sesuai standar air minum.
Namun dirinya tidak menyarakan bagi masyarakat di luar, pasalnya air dari IPA Kabo telah melalui pipa yang panjangnya puluhan kilometer dengan usia yang relatif sudah tua. Sehingga kualitas air yang ada menurun menjadi air bersih.
Tak hanya berhenti disitu, Perumdam TTB kedepan juga bakal siapkan Zona Air Minum Prima (ZAMP) dimana air dari Perumdam pada suatu kawasan tertentu dapat langsung diminum sama seperti di luar negeri. Namun tentunya, pihaknya tetap memperioritaskan cakupan layanan hingga seluruh desa di Kabupaten Kutim terlebih dahulu.