Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Rafha Fanadilah, Animator Muda Asal Paser yang Sukses Bikin Lima Film Animasi 

Animator asal Tanah Grogot Rafha Fanadilah. (Foto: Anas/Pusaranmedia.com)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Rafha Fanadilah, Animator Muda Asal Paser yang Sukses Bikin Lima Film Animasi 

    PusaranMedia.com

    Animator asal Tanah Grogot Rafha Fanadilah. (Foto: Anas/Pusaranmedia.com)

    Rafha Fanadilah, Animator Muda Asal Paser yang Sukses Bikin Lima Film Animasi 

    Animator asal Tanah Grogot Rafha Fanadilah. (Foto: Anas/Pusaranmedia.com)

    Reporter: Anas Abdul Kadir | Editor: Bambang Irawan 

    TANA PASER - Masih berusia 23 tahun gadis asal Tanah Grogot, Rafha Fanadilah telah menjadi salah satu animator terbaik di Kabupaten Paser. 

    Setahun terakhir, dia mengaku telah membuat lima animasi dengan berbagi genre. Mulai dari menulis cerita sendiri hingga dibuatkan oleh klien untuk kepentingan periklanan perusahaan.

    "Itu yang betul-betul dari cerita awal sampai akhir. Ada yang ceritanya buat sendiri dan dibuakan oleh klien," jelas Rafha, Senin (2/1/2023).

    Duta Pariwisata Paser 2022 itu merintis karier di dunia animasi lantaran sering menonton film kartun, dan penasaran bagaimana cara membuatnya. Rafha berfikir semudah membalikkan tangan, namun setelah mulai terjun, ternyata jauh lebih sulit dari yang dibayangkan.

    Dikatakan Rafha, setiap satu film animasi dengan durasi lima hingga tujuh menit dikerjakan hingga sebulan karena mesti meriset terlebih dahulu cerita yang akan dibikin. Jika tidak, justru akan bertentangan dengan kebudayaan lokal, sehingga memunculkan permasalahan di kemudian hari. 

    Seperti halnya membuat animasi mengenai kebudayaan Paser. Dirinya masih belum berani meriset, lantaran belum ada cerita yang benar-benar lengkap. Jika dipaksakan justru memunculkan ketersinggungan kelompok masyarakat yang lain.

    "Nggak berani aku bikin kebudayaan Paser karana ceritanya belum utuh, sehingga saat nanti dibuat memunculkan ketersinggungan di pihak lain," ucap dia.

    Sejauh ini, klien terjauh berasal dari Israel dan filmnya tidak dikerjakan sendiri, di situ ia sebagi colouring.  Saat itu filmnya Anne Frank korban homocloust kekejaman Nazi. 

    Dirinya juga mengaku pernah membuat animasi sendiri,  mengenai salah satu suku Nomaden di Persia yang hancur karena peperangan. Kelompok suku ini memiliki rasa dendam yang medalam. Namun dilarang oleh kepala suku untuk membalasnya.

    "Kepala suku bilang ke mereka peperangan memang siklus. Semua mesti  berusaha menghilangkan rasa dendamnya," sambung Rafha.

    Selama menjalani sebagai animator bayaran termahal yang ia peroleh sebesar Rp30 juta untuk satu film dengan durasi lima menit. Meski menerima bayaran cukup besar, semula ia tidak sepenuhnya didukung oleh keluarga, secara perlahan orangtuanya kini mendukung.