Reporter: Anas Abdul Kadir | Editor: Bambang Irawan
TANA PASER - Menjadi seorang guru di salah satu sekolah swasta di Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser, tak membuat M Sabaruddin (35) menjadi puas.
Hingga di tahun 2020, dia memutuskan untuk mundur menjadi menjadi guru muda. Sabaruddin juga mulai gerah dengan himpitan ekonomi keluarga, terlebih lagi kebun kelapa sawit yang dirancang untuk menghidupi keluarga belum bisa berproduksi dengan maksimal.
Ide bisnis kreatif pun muncul di kepalanya dengan membuat kerajinan miniatur Kapal Pinisi.
Dirinya mencari informasi melalui YouTube. Dari situ ia mulai belajar memainkan jari-jarinya dan mengkombinasikan bentuk imajinasi yang ada di otaknya.
Dibantu dua saudaranya, Sabar biasa dia disapa membuat Kapal Pinisi dengan panjang 40 sampai 50 sentimenter, lebar 15 sampai 20 sentimeter.
Untuk satu miniatur Kapal Pinisi dibuat dalam rentang waktu dua hingga tiga minggu bahkan sebulan, bergantung tingkat kerumitannya.
Bahan dasar pembuatan kapal pinisi, sangat mudah dicari. Mulai dari triplek dengan ketebalan empat sampai enam milimeter dan stik es krim.
"Yang bikin lama, triplek kita potong kecil-kecil. Tujuannya supaya lebih mudah membentuk badan kapal," beber Sabar saat dijumpai di kediamannya, Perumahan Bambu Asri, Desa Sangkuriman, Kecamatan Paser Belengkong, Jumat (20/1/2022).
Untuk menjualnya Sabar, memanfaatkan media sosial, selang beberapa jam ada yang langsung menawar dan membeli kapal pertamanya. Setelahnya hingga kini dirinya semakin sering menerima pesanan.
Tidak hanya dari Tana Paser, dari Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) hingga ke Kota Samarinda pun turut memesan.
Sabar menjelaskan, meskipun bahan baku pembuatan miniatur kapal ini terbuat dari triplek, ketahanannya bisa mencapai dua tahun. Pasalnya bagian tubuh kapal dilapisi dengan dempul dan bahan kimia lainnya.
"Sudah saya coba ku taruh di setahun, sampai sekarang tidak mengalami kerusakan," beber Sabar.
Menurutnya, usaha miniatur kapal ini, tetap dilakukan setiap hari sembari mengisi waktu setelah pulang dari kebun kelapa sawit.
"Kalau waktu kosong saya kerjain, lumayan nambah pendapatan keluarga," sambung Sabaruddin.
Sabar menjelaskan untuk harga jual setiap miniatur bervariasi, mulai dari Rp300 sampai Rp4,5 juta per unit.
"Kalau yang Rp300 sampai Rp500 ribu itu nggak ada mesinnya. Kalau sudah bermesin menggunakan remote bisa sampai Rp4,5 juta. Soalnya beda cara pembuatan, ukurannya lebih besar dan material elektriknya mahal. Waktunya juga lebih lama untuk satu kapal," ucap Sabar.
Sabar pun membuka peluang bagi yang berminat menggunakan jasanya untuk membuat meniatur, sesuai selera.