Reporter: Lodya Astagina | Editor: Bambang Irawan
TENGGARONG - Butik Batik Melayu Kutai yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) telah memproduksi sebanyak 7.000 kain dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Batik Melayu Kutai merupakan hasil karya desianer Imam Pranawa, seorang pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kukar.
Usai pensiun pada Desember 2022 lalu, Imam kini fokus pada produksi kain batiknya dengan motif dan corak kearifan lokal khas Kutai. Pria yang telah menekuni dunia batik ini mengaku telah menciptakan 16 motif.
Seluruh motif dan corak khas dipilihnya merupakan representasi Kukar yang ada di masing-masing kecamatan. Seperti Buah Lai dengan nama Latin Durio Kutejensis. Menurutnya, penggalan Kute sama sebutannya dengan kata Kutai.
Kendati bukan buah asli Kukar, tetapi Imam merasa buah yang awal tumbuhnya di Kalimantan ini cocok dijadikan motif batik khas Kukar.
Buah Lai memiliki ciri khusus, bentuk luarnya sama seperti durian, tapi perbedaan warnanya yang menarik perhatian yakni warna oren cerah sehingga menjadi salah satu motif khas Batik Melayu Kutai.
“Dengan branding Batik Melayu Kutai ini saya tidak memasukkan motif dayak atau motif cumi istilahnya. Jadi kita menggunakan kearifan lokal yang ada,” jelas Imam.
Lebih lanjut, sekarang Imam sudah mempunyai enam motif yang dipatenkan. Di antaranya Buah Lai, Pucuk Tegaron, Paku Raja, Sirih Raja, Miskat dan Jajak Cincin. Enam motif tersebut sudah dipasarkan, dan sebagian digunakan sebagai baju miskat para PNS di Kukar.
Namun masih ada beberapa motif dalam proses untuk sertifikasi, seperti Jajak Keminting, Jajak Temu Kunci, Buah Jelayan, Kopiah Sahung, Gula Gaet, dan Kembang Janggut. Mengikuti perkembangan zaman, Imam tak hanya menjual kain batik saja.
Tapi juga berinovasi membuat jaket bomber dari kain batik. Jaket ini masih keluaran baru dan masuk proses pemasaran. Selain itu, ada juga payung, sepatu, dan botol minum bermotif batik.
Pria yang telah mulai membatik sejak 2010 silam ini sudah miliki banyak prestasi di dunia peragaan busana. Banyak kegiatan yang sudah diikutinya, baik di dalam mau pun luar daerah. Ia bahkan eksis di sejumlah peragaan nasional.
Seperti di Kota Pelajar dengan mengikuti gelaran Jogja Fashion Week, dan Jogja Fashion Parade. Kemudian, Central Java Fashion Week di Solo Jawa Tengah, Surabaya dan Semarang Fashion Trend, hingga peragaan di Palu, Sulawesi Tengah. “Kalau di Kalimantan paling banyak di Tenggarong. Samarinda dan Balikpapan dengan BFW-nya,“ sebutnya.
Selain eksis di Pulau Jawa, magnet Batik Melayu Kutai juga menyentuh hati salah satu Menteri Milenial di Indonesia. Batik Melayu Kutai rupanya pernah dipakai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Uno.
Sandiaga memakai Batik Melayu Kutai dengan motif Buah Lai saat bertandang ke Kabupaten Kutai Kartanegara untuk menutup acara TIFAF (Tenggarong International Folk Art Festival). “Saat malamnya dipakai Mas Menteri, ternyata keesokan paginya banyak orang yang langsung menghubungi saya. Mereka minta dibuatkan motif yang sama,” tukasnya.
Batik Melayu Kutai dibanderol dengan harga yang beragam, mulai dari harga Rp300 ribu per dua meter untuk kain primis batik secara keseluruhan. Dan Rp700- Rp1 juta untuk batik tulis. “Antusias masyarakat cukup tinggi menyambut batik ini, sekarang sudah mulai dikenal di pulau jawa,” tutupnya.