Reporter: Lodya Astagina | Editor: Bambang Irawan
TENGGARONG - Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) di Kalimantan Timur (Kaltim) memiliki perkebunan kopi seluas 25 hektare yang ditanami jenis Kopi Liberika asal Pesisir Barat Afrika, yakni Republik Liberia.
Perkebunan kopi ini terletak di Desa Prangat Baru, Kecamatan Marangkayu. Keberadaan kebun kopi ini mulai dilirik, dan mencuri perhatian calon pembeli dari berbagai daerah luar Kaltim, salah satunya Bali.
Beberapa calon pembeli sudah siap memborong kopi dengan nama ilmiah Coffea Liberica itu. Hanya saja, para petani masih belum bisa memenuhi kuantitas yang diperlukan pembeli. Jumlah produksi biji kopi liberika di Desa Prangat Baru masih sangat terbatas.
Dalam satu tahun, 50 petani kopi di Desa Prangat Baru bisa melakukan panen dua kali per tahunnya, dan satu pohon dapat menghasilkan satu kilogram biji kopi dalam satu hari. Namun, dengan luasan yang ada hasil panennya masih belum mencukupi kebutuhan para pembeli.
Kades Prangat Baru, Fitriati menjelaskan, pihak desa bersama petani berencana melakukan perluasan lahan hingga 60 hektare. Melihat adanya potensi pasar yang menguntungkan, tentu para petani tak mau melewatkan keuntungan tersebut.
Sembari menunggu proses pengembangan lahan, para petani juga sudah memulai pemasaran produksi biji kopi di skala lokal terlebih dulu. Peminatnya pun terbilang banyak, mengingat ada beberapa Varietas Kopi Liberika yang ditanam.
“Bukan cuma kopi luwak, tapi ada kopi yang sudah diproses dengan metode full wash, natural dan red honey. Sekilonya ada yang dibanderol Rp750 ribu dengan proses fermentasi kafein menjadi 0,2. Ini masih aman bagi orang penderita penyakit lambung yang ingin mengkonsumsi kopi,” jelasnya.
Sebenarnya, petani di Desa Prangat Baru sudah mulai menggeluti tanaman kopi sejak 1997 silam. Desa tersebut didukung dengan kondisi alam yang cocok untuk menanam biji kopi, seperti cuaca tropis, curah hujan cukup tinggi, serta kondisi tanah yang subur dapat menciptakan kualitas biji kopi yang baik. Namun, saat itu hasil produski biji kopinya hanya digunakan untuk konsumsi pribadi saja.
Kemudian, potensi untuk pengembangan ke ranah bisnis baru dimulai tahun 2020 lalu, ketika Bupati Kukar Edi Damansyah melakukan kunjungan lapangan ke Prangat Baru untuk melakukan panen perdana kebun karet seluas 14 hektare.
“Saat kopi itu disuguhkan kepada para tamu dan ternyata kopi itu memiliki rasa yang berbeda. Kemudian dilakukan penelitian dan ternyata itu merupakan varietas Liberika, tidak sama dengan umumnya,“ ucapnya.
Melihat adanya potensi untuk mengembangkan ekonomi, pihak pemerintah dan masyarakat pun mulai serius menanam dan memproduksi kopi. Bahkan, pada tahun 2020 lalu, para petani melakukan pengamatan, harga kopi dengan jenis luwak bisa mencapai Rp3,5 juta per kilogram.
“Jelas dengan harga yang tinggi bisa meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan petani kita. Dan pengembangan kopi ini telah menjadi program khusus andalan pemerindah desa,” tuturnya. (Adv)