Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Buniyamin
BALIKPAPAN - Cuaca panas di Kota Balikpapan merupakan dampak gelombang panas atau "Heatwave" dari sebagian besar negara Asia Selatan.
Ini terjadi kemarin dan hampir seluruh masyarakat Balikpapan mengeluhkan cuaca panas tersebut.
Bahkan sebagian masyarakat menganggap kondisi tersebut selayaknya panas neraka yang bocor ke bumi atau ada yang menduga dampak dari Gerhana Matahari lalu.
Diperkirakan, untuk Jumat (5/5/2023) hari ini cuaca terpantau kembali panas.
Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, Diyan Novrida mengaku semenjak pekan lalu hingga hari ini, hampir sebagian besar negara-negara di Asia Selatan masih terdampak gelombang panas.
"Gelombang panas Asia masih berlangsung, tqpi tidak terjadi di Indonesia. Sebab itu, masyarakat kami imbau agar tidak panik dan tetap waspada," ucapnya kepada Pusaramedia.com, Jumat (5/5/2023).
Ia mengungkapkan Badan Meteorologi di negara-negara Asia seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand dan Laos telah melaporkan kejadian suhu panas lebih dari 40 derajat celcius yang telah berlangsung beberapa hari belakangan dengan rekor-rekor baru suhu maksimum di wilayahnya.
Badan Meteorologi Cina (CMA) melaporkan lebih dari 100 stasiun cuaca di Cina mencatat suhu tertinggi sepanjang sejarah pengamatan instrumen untuk April 2023.
"Di Jepang panas yang luar biasa, juga teramati dalam beberapa hari terakhir. Kumarkhali, kota di distrik Kusthia, Bangladesh menjadi daerah terpanas dengan suhu maksimum harian yang tercatat sebesar 51,2 celsius pada 17 April 2023," ungkapnya.
Sedangkan 10 kota terpanas di Asia lainnya terjadi sebagian besarnya berada di Myanmar dan India.
Di Indonesia, suhu maksimum harian tercatat mencapai 37,2 derajat celsius di stasiun pengamatan BMKG di Ciputat pada pekan lalu, meskipun secara umum suhu tertinggi yang tercatat di beberapa lokasi berada pada kisaran 34 - 36 derajat celsius hingga saat ini.
"Para pakar iklim menyimpulkan bahwa tren pemanasan global dan perubahan iklim yang terus terjadi hingga saat ini berkontribusi menjadikan gelombang panas semakin berpeluang terjadi lebih sering," ungkapnya.