Iklan

Tiga dari 16 Bahasa Daerah di Kaltim Nyaris Punah, Satu Diantaranya Bahasa Paser 

Workshop Desiminasi penguatan revitalisasi bahasa daerah Paser. (foto: Anas/pusaranmedia.com)

Kalimantan Timur

Tiga dari 16 Bahasa Daerah di Kaltim Nyaris Punah, Satu Diantaranya Bahasa Paser 

PusaranMedia.com

Workshop Desiminasi penguatan revitalisasi bahasa daerah Paser. (foto: Anas/pusaranmedia.com)

Tiga dari 16 Bahasa Daerah di Kaltim Nyaris Punah, Satu Diantaranya Bahasa Paser 

Workshop Desiminasi penguatan revitalisasi bahasa daerah Paser. (foto: Anas/pusaranmedia.com)

Reporter: Anas Abdul Kadir | Editor: Bambang Irawan 

TANA PASER  - Bahasa Paser menjadi salah satu bahasa daerah yang nyaris punah  di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Dua lainnya ialah bahasa Kenyah, dan Kutai dari 16 bahasa daerah yang ada di Kaltim.

Guna menjaga eksistensinya, Kantor Bahasa Provinsi Kaltim secara masif melibatkan semua komponen untuk merevitalisasinya agar bahasa Paser yang merupakan bahasa daerah asli di IKN Nusantara tidak hilang dari peradaban.

Kepala Kantor Bahasa Provinsi Kaltim, Halimi Hadibrata menyatakan, sasaran utama kegiatan ini, yakni generasi muda dengan target pengembangannya pelajar SD dan SMP. Halimi berharap kegiatan ini bisa menghidupkan kembali bahasa yang terancam punah.

"Karena sasaran kegiatan ini adalah generasi muda supaya cakap, bisa berbicara bahasa daerah dan juga menguasai sastra dan seni budaya daerah. Sehingga generasi muda tidak tercabut dari akar budayanya. Itu harapan kami," kata Halimi pada diseminasi penguatan revitalisasi bahasa daerah bersama Pemkab Paser dengan Komisi X DPR RI, di Hotel Bumi Paser, Selasa (25/5/2023).

Keberadaan  Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, menjadi salah satu sebab kuat  agar bahasa Paser tidak tergerus oleh perkembangan zaman.

"Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah dan kuasai bahasa asing itu diharapkan benar-benar akan berjalan dan generasi muda kita bisa menguasai itu semua," ucapnya.

Menurutnya, anak era kini mulai malu menggunakan bahasa aslinya. Sehingga ia menyarankan agar bahasa Paser terus digunakan di kehidupan sehari-hari terutama di lingkungan rumah tangga. "Kita mendorong orang tua untuk menjadikan bahasa daerah di lingkungan sehari-hari. Selain itu apabila ada suatu daerah memiliki lingkup homogen dalam kegiatan apapun digunakan bahasa daerah. Pernikahan ataupun saat salat Jumat bisa diterapkan," ajak dia.

Wakil Bupati Paser Hj Syarifah Masitah Assegaf mengatasi bahasa daerah memegang peranan penting sebagai identitas jati diri, ciri khas,alat komunikasi dan instrumen selama berabad-abad.

"Banyak faktor yang tanpa kita sadari menyebabkan kekayaan luar biasa ini mulai pudar. Ini terjadi, diantaranya kurangnya penutur bahasa daerah,baik itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat," urai Masitah.

Penyebabnya antara lain adalah pergeseran nilai, bahasa daerah tak lagi dianggap jati diri budaya bahkan banyak yang malu menggunakan bahasa daerah.

Adanya pelaksanaan diseminasi penguatan revitalisasi bahasa daerah ini, menurutnya sangat penting, karena eksistensi bahasa daerah yang sudah mulai tergerus oleh bahasa asing.

"Wujud pelestarian bahasa Paser, Pemkab Paser telah mengirimkan sebanyak 70 guru, pengawas dan kepala sekolah di tingkat SD dan SMP untuk mengikuti program pengembangan profesi revitalisasi bahasa daerah," sambung Masitah.

Ia bersyukur kini sudah ada kurikulum muatan lokal (Mulok) Bahasa Paser dan mulai diajarkan di sekolah-sekolah.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian turut mengapresiasi kegiatan itu. Menurutnya menjaga eksistensi bahasa daerah merupakan kewajiban bagi setiap individu. Karena sebanyak 718 bahasa daerah di Indonesia, enam diantaranya telah terkikis dan 11 lainnya sudah punah. 

"Salah satu terancam punah adalah bahasa-bahasa di Kaltim. Oleh sebab itu kita lestarikan bersama, dan kemunduran ini diakibatkan karena jumlah penduduk kultur yang semakin sedikit dan sebarannya tidak merata," kata Hetifah.