Reporter: Diansyah | Editor: Bambang Irawan
NUNUKAN - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kabupaten Nunukan mencatat angka kasus kematian ibu dan bayi di daerah ini cukup tinggi.
Pada 2020 saja angka kasus kematian kepada ibu sebanyak tujuh orang dan di dua tahun terakhir ini mencapai enam orang. Sementara untuk kematian bayi pada 2020 mencapai 30 kasus dan hingga 2022 mencapai 25 kasus.
Tingginya angka kematian bayi dan anak di Nunukan ini, menurut Bupati Nunukan Hj Asmin Laura Hafid akibat aturan penempatan dokter spesialis yang hanya boleh berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).
Sementara kondisi geografis Nunukan yang sebagian besar terpisah dengan Pulau Nunukan, harus membutuhkan waktu tempuh empat sampai delapan jam untuk dapat mengakses ibukota kabupaten melalui jalur darat dan sungai.
"Masalahnya tenaga dokter spesialis kita itu hanya adanya di RSUD, sementara di Puskesmas itu hanya dokter umum saja. Kalau pun ada paling dokter swasta yang buka praktik sendiri," ujar Laura.
Dikatakan Laura, kondisi itu menjadi penyebab Nunukan masih tertinggi untuk kasus kematian ibu dan bayi, sehingga jika tidak adanya pemerataan aturan terkait ketersediaan dokter spesialis di Puskesmas, maka akan menambah daftar panjang kematian tersebut.
"Yang di Sebatik saja dekat dengan Nunukan masih bermasalah, apalagi yang di Krayan, Sebuku, Lumbis dan lain-lain. Puskesmas juga memiliki sarana dan prasarana yang terbatas," ujarnya.
Kondisi ini, lanjut Laura, tentu berdampak pada Indek Pembangunan Manusia (IPM), menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Nunukan keluar sebagai daerah dengan IPM terendah di Kaltara yakni, 65,79 persen. “IPM kita paling rendah di Kaltara walaupun setiap tahun meningkat,” ungkapnya.
Ketua IDI Nunukan, dr Sholeh Rauf menegaskan, ada tiga persoalan yang kini menjadi perhatian dalam tiga tahun memimpin IDI Nunukan. Pertama, kematian ibu dan anak yang terjadi dua tahun belakangan dengan rasio kasus yang terus meningkat.
“Nunukan sendiri dengan jumlah penduduk 200 ribu idealnya yang bisa meninggal itu dua orang. Kemudian, bayi angka kematian dari 1.000 hanya satu dengan setiap tahun angka kelahiran tiga - empat ribu. Ini menjadi tanggung jawab bersama pemerintah untuk menekan angka kematian,” pungkasnya.