Reporter: Diansyah | Editor: Bambang Irawan
NUNUKAN - Harga rumput laut kering di Kabupaten Nunukan terus mengalami penurunan, bahkan saat ini telah menyentuh harga Rp10 ribu per kilogramnya.
Turunnya harga tersebut kembali dikeluhkan oleh sejumlah petani rumput laut.
Petani rumput laut, Kamaruddin, menyebutkan penurunan harga jual rumput laut saat ini telah menginjak angka Rp20 ribu dari sebelumnya Rp33 ribu. Penurunan ini sudah terjadi sejak awal 2023.
"Akhir Febuari lalu harganya masih bertahan di Rp36 ribu per kilogram, tapi sejak Maret turun terus secara perlahan-lahan, hingga sekarang mencapai Rp10 ribu per kilogram saja," ujar Kamarudin kepada pusaranmedia.com, Kamis (1/6/2023).
Kamaruddin yang juga mantan Ketua Asosiasi Pedagang Rumput Laut (APRL) Nunukan ini mengaku dalam sepekan terakhir harga jual tersebut tak kunjung mengalami perubahan alias stagnan di angka Rp10 ribu.
Dijelaskannya sejumlah faktor menjadi penyebab turunnya harga rumput. Salah satunya, turunnya daya beli pasar internasional terhadap rumput laut asal Indonesia, ditambah lagi sejumlah daerah di Indonesia tengah memasuki musim panen raya, sehingga stok rumput laut dari berbagai daerah cukup melimpah.
"Faktor lainnya itu pada kualitas rumput laut yang secara kadar kekeringan rumput laut yang dikirim jauh dari standar ekspor sejumlah buyer," ujarnya.
Akibat kondisi harga saat ini banyak petani mulai menjual lapaknya di media sosial (Medsos). Misalnya, tali rumput laut, pondasi rumput laut, tempat penjemuran rumput laut hingga perahu.
"Hitungannya gini, satu tali itu biaya turun ke laut mencapai Rp35 ribu. Saat panen, ada biaya naik Rp10 ribu. Jadi, kasarnya satu tali saat panen makan biaya Rp45 ribu," ungkapnya.
Namun, jika satu tali hanya menghasilkan tiga kg rumput laut, dikalikan jumlah harga rumput laut yang turun, maka dipastikan tidak mencukupi biaya operasional. "Kita kan ambil pekerja juga, tentu mereka ini digaji. Makanya, sekarang itu di Medsos banyak yang mulai menjual lapaknya mulai dari tali, pondasi, pemjemuran hingga perahunya," ungkapnya.
Untuk itu, dia meminta pemerintah melihat kondisi harga rumput laut yang sudah menjadi ikon dan komoditas andalan Kabupaten Nunukan. Dia menilai ada permainan dari buyer maupun orang luar terkait harga tersebut. "Kenapa saya bilang begitu, karena dibilang harga turun tapi semua produksi rumput laut habis terjual. Seharusnya dengan harga turun ini maka bertumpuk di Nunukan. Tapi, lima ribu ton ke atas setiap sepekan maupun sebulan habis juga," tambahnya.
Ditambah lagi, kata dia, penjualan di Nunukan sudah mulai berubah dari buyer- buyer yang ada di Makassar, Surabaya maupun Jakarta.
"Karena buyer sekarang, rata rata bayar full kalau barang sudah sampai di sana. Apalagi, buyer buyer luar ini hampir semua sudah ada anggotanya di sini," tambahnya.
Dia juga meminta kepada pemerintah untuk memfasilitasi pertemuan baik dari petani maupun pedagang untuk mencarikan solusi terhadap pasar rumput laut di Nunukan.