Reporter: Diansyah | Editor: Bambang Irawan
NUNUKAN - Camat Lumbis Pansiangan, Lumbis mengatakan telah melihat secara langusng pembangunan jalan yang dilakukan Pemerintah Malaysia di daerah Pagalungan dan Bantul, kawasan perkampungan warga Malaysia yang berbatasan langsung dengan wilayahnya tersebut.
"Saat ini progres pembangunan PLBN Labang sudah mencapai 95 persen, tetapi sayangnya pemerintah kita masih percaya dengan jalur sungai sebagai jalur transportasi," ujar Lumbis.
Dikatakan Lumbis, berbeda jauh dengan Malaysia dalam membangun perbatasannya yang sedikit pun tidak berpikir minimalis dan tidak menjadikan alasan jalur sungai masih bisa digunakan. "Mungkin mereka (Pemerintah Malaysia) sudah menghitung beban ekonomi rakyat jika menggunakan jalur sungai yang begitu besar dan telah menjadi beban rakyat perbatasan sejak lama, maka mereka langsung membangun jalan raya menuju ke CIQS mereka di Bantul yang saat ini mulai juga dibangun, hal tersebut mereka lakukan bukan saja hanya sekedar penguatan perbatasan dari segi pertahanan dan keamanaan tetapi juga mempersiapkan perbatasan sebagai tempat pertumbuhan ekonomi baru dan mempersiapkan perbatasan merekah terhadap limpahan ekonomi terhadap keberadaan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai New Capital City Indonesia di Tanah Borneo," ungkapnya.
Menurut Lumbis, secara geografis keberadaan PLBN Labang Indonesia dan CIQS Batul Malaysia merupakan pintu yang stategis antara daratan Kalimantan Utara dengan Sabah Malaysia karena merupakan jalur terdekat dari IKN ke Ibukota Sabah yakni Kota Kinabalu.
Selain itu penyebaran penduduk juga merata dari Mansalong-Binter-Labang dan Tau Lumbis, empat kecamatan atau distrik dengan 77 desa dengan jumlah penduduk kurang lebih 20.000 jiwa pada sisi Indonesia begitu juga pada sisi Sabah Malaysia perkampungan tersebar sampai di Sempadan, mulai dari Bantul yang hanya berjarak 5 km dari Labang, Kampung Lumpas, Kampung Saliman, Kampung Inakak, Kampung Babalitan, Kampung Buntulon dan Tumalasak, Kampung-Kampung di Sungai Sumantalun, Kampung Silungai, Kampung Pagalungan, Kampung Binanding, Kampung Sumalombom, Kampung Kuyo, Kampung Sosogo, Kampung Sinikaluan, Kampung Salung hingga Sepulut dengan jumlah penduduk kurang lebih 18.000 jiwa pada sisi Sabah Malaysia.
"Artinya kedua negara baik Indonesia dan Malaysia tidak saja membangun jalan untuk akses perputaran ekonomi juga membangun jalan untuk manusia dan untuk kesejahteraan manusia di perbatasan suku penduduk perbatasan yang dibagi oleh Belanda dan Inggris kemudian dilajutkan Indonesia dan Malaysia berasal dari rumpun suku Dayak yang sama, sama bahasa, budaya dan adat istiadat yaitu Dayak Rumpun Muruti," jelasnya.
Dia berharap pembangunan jalan yang menghubungkan Desa Mansalong, Binter, Labang dan Tau Lumbis segara terialisasi, karena jalan itu tentu memiliki manfaat yang luar biasa bagi masyarakat sekitar dan kepentingan kawasan perbatasan negara.
Pemerintah Kabupaten Nunukan sendiri sejatinya telah mengajukan sedikitnya lima usulan kegiatan yang pembiayannya akan dibebankan kepada APBN pada 2024 mendatang. Tidak hanya APBN, Pemkab Nunukan juga mengusulkan 12 kegiatan yang pembiayaanya ditanggung oleh APBD II Kaltara 2024.
Wakil Bupati Nunukan H Hanafiah menyampaikan, adapun lima usulan yang diusulkan pada APBN diantaranya, lanjutan pembangunan jalan Malinau - Krayan, lanjutan pengoperasian PLBN Sebatik, pembangunan Embung Sei Limau, Nunukan Selatan, pembangunan Techno Park Mansapa, serta rintisan pembangunan Jalan Mansalong - Tau Lumbis. "Ini lima prioritas usulan kita untuk mendapat bantuan dari APBN, mengingat pembangunan kegiatan itu sepenuhnya harus mendapat sentuhan APBN yang sebelumnya telah mendapat pembiayaan dari APBN," pungkasnya.