Reporter: Diansyah | Editor: Buniyamin
NUNUKAN - Realisasi investasi di Kabupaten Nunukan bisa dikatakan berjalan di tempat. Kondisi tersebut ditengarai akibat minimnya pasokan energi yang tersedia di wilayah yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini.
Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Nunukan, Serfianus dalam beberapa tahun ke belakang begitu banyak investor yang tertarik berinvestasi di Nunukan, hanya saja, sejumlah investor kemudian tak kunjung berinvestasi lantaran persoalan ketersediaan listrik yang tidak memadai.
"Sebenarnya sudah banyak yang melirik daerah kita ini untuk berinvestasi, hanya saja, pasokan listrik kita ini yang belum bisa mendukung kegiatan industrial mereka, pertanyaan mereka itu selalu berapa listrik yang tidak digunakan rakyat," ujar Serfianus kepada pusaranmedia.com,
Dikatakan Serfianus, saat ini pasokan listrik yang tersedia hanya mampu untuk melayani masyarakat Nunukan atau kelompok rumah tangga. Sementara, untuk industri berskala sedang dan besar belum dapat terlayani.
Seperti halnya, marine teknopark yang selama ini digaungkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan hingga saat ini belum terealisasi, mengingat ketersediaan energi dan pasokan air di Pulau Nunukan juga sangat terbatas.
Mantan Kepala Bappeda Nunukan ini mengatakan, dengan kondisi itu membuat para investor hanya menanamkan modalnya di Pulau Jawa, karena ketersediaan listrik di hampir Pulau Jawa sangat berlebihan.
"Kalau kita di Nunukan, pasokan listrik hanya empat megawatt dan itu hanya cukup untuk kalangan rumah tangga, belum mampu melayani industrial, yang ditakutkan investor itu jangan sampai pabrik mereka tidak berjalan," ujarnya.
Belum lagi, untuk ketersediaan air bersih sendiri khususnya untuk pabrik pengolahan rumput laut masih belum bisa mengcover jika Nunukan nantinya tersedia pabrik pengolahan.
Dijelaskan Serfianus, untuk mengelola satu kilogram rumput laut saja dibutuhkan sedikitnya tiga liter air bersih, bagaimana dengan produksi rumput laut Nunukan yang setiap bulannya mencapai ribuan ton.
"Kalau seribu ton setiap bulannya, bisa kalian hitunglah. Bisa-bisa kita tidak dapat air, itu kendala kita selama ini sebenarnya," bebernya.
Untuk teknopark sendiri, diakui Serfianus, pemeritah akan terus mendorong ke pusat, hanya saja, saat ini daerah dalam waktu dekat akan merealisasikan Pusat Pelelangan Ikan (PPI) di Mansapa, Nunukan Selatan.
Untuk pemanfaatan kawasan tersebut, tahun ini melalui Pemerintah Provinsi Kaltara akan dilakukan kajian terhadap pelabuhan sandar para nelayan nantinya.
"Saat ini kita diminta siapkan lahan seluas 20 hektare, hanya mungkin kita sanggupi 10 hektare dulu. Kalau berjalan efektif, maka kita penuhi permintaan lahan itu," ucapnya.
Jika hal itu berjalan baik, maka rumput laut Nunukan tidak menutup kemungkinan akan dipusatkan di kawasan teknopark itu sendiri.
"Perbulan kita hasilkan 3.000 ton rumput laut kering di Nunukan, kalau ini berhasil, maka ekonomi kerakyatan akan terus menggeliat di Nunukan," pungkasnya.