Reporter: Ayu Norwahliyah | Editor: Buniyamin
SAMARINDA - Observer Meteorologi Kelas II A Temindung Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Samarinda, Gilang Arya Putra mengatakan kemarau dan El Nino di Kota Tepian diperkirakan berakhir setelah September 2023.
"Tetapi aktualnya bisa maju mundur juga. Normalnya mulai Oktober, November harusnya sudah mulai masuk penghujan," kata Gilang.
Ia menyebut sepekan terakhir intensitas hujan di Samarinda masih berada di angka nol milimeter (mm) per hari. Situasi ini menurutnya berpotensi mengganggu sektor pertanian dan hidrologi.
"Waspadanya ke sektor hidrologi, pastinya akan ada pengaruh di pertanian juga sebab hampir semua titik seminggu kebelakang nol mm curah hujan. Apalagi kemarau mulai masuk Agustus lalu," jelasnya.
BMKG Samarinda mencatat dari Januari sampai September 2023, suhu panas di Kota Tepian paling tingginya mencapai 35,4 derajat celcius.
Tentunya hal tersebut akan berdampak pada produktivitas para petani. Sebab berkurangnya suplai air ini membuat lahan pertanian mengalami kekeringan.
Terlebih, curah hujan sangat dibutuhkan bagi petani yang menggunakan sistem pertanian tradisional.
"Kalaupun awan mendung itu dibawa angin menuju ke tempat yang memiliki suhu tinggi sehingga tidak terjadi hujan," pungkasnya.