Reporter: Anas Abdul Kadir | Editor: Supiansyah
TANA PASER - Kepala Desa Padang Pengrapat, Kecamatan Tanah Grogot, Prasojo mengatakan masyarakat di desanya sebagian besar memperoleh penghasilan dari lahan pertanian jeruk. Namun yang menjadi kendala harga jual hasil panen jeruk sangat jatuh ketika panen raya, sehingga masyarakat desanya banyak beralih pekerjaan menjadi kuli bangunan.
Dikatakannya, luas area pertanian dan perkebunan di Desa Padang Pengrapat yakni 490 hektare. Dan untuk saat ini, pendapatan pertanian masyarakat Desa Padang Pengrapat bersumber dari pertanian jeruk, padi, salak, perikanan, peternakan, perkebunan sawit dan saat ini sedang dikembangkan yakni kurma tropis.
"Kalau untuk padi kami masih bisa menjualnya, namun pada saat panen raya jeruk kami kewalahan ke mana akan menjualnya, karena pasar kita hanya terfokus di Tanah Grogot, kemudian di saat bersamaan dari daerah lain mengarahkan hasil produksinya ke tempat yang sama," ujar Prasojo, Rabu (14/4/2021).
Untuk harga jual buah jeruk pada saat panen raya, jatuh hingga kisaran Rp 2-4 ribu per kilogram, sedangkan harga normal di kisaran Rp15 ribu sampai Rp20 ribu per kilogram. "Pada saat panen raya kebun jeruk per hektare mendapatkan hasil 20-30 ton per periodik," kata Kades.
Sebenarnya, kata Kades, petani di desanya telah diberikan bantuan oleh pemerintah berupa alat pengolah buah jeruk menjadi produk berupa jus jeruk. Namun, dikatakan dia, bahwa keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pangsa pasar tidak ada, sehingga dibutuhkan pelatihan terus menerus dari dinas yang yang menangani.
"Alat yang diberikan ke kami komplit untuk membuat jus jeruk, namun yang menjadi masalah pangsa pasar hasil olahan itu juga, sangat sulit, sehingga alat-alat yang diberikan dibiarkan di gudang," tandasnya.
Panen raya biasanya terjadi di bulan Juni atau Juli, namun dikarenakan cuaca yang tidak menentu sehingga tahun ini, kata dia, tidak ada panen raya di pertengahan tahun. Diperkirakan akhir September tahun ini petani jeruk baru bisa menikmati hasil kerja mereka.
"Karena kondisi hasil pertanian yang tidak menentu mengakibatkan para petani menyambung hidup dengan menjadi kuli bangunan, di seputaran Kecamatan Tanah grogot," pungkasnya.
Bahkan sampai sekarang, Pendapatan Asli Desa (PAD) tidak ada alias nol rupiah, dan untuk UMKM tumbuh secara mandiri dari masyarakat desa, baik online maupun offline. "Pasar desa Kami pun tidak bisa terkelola dengan baik," tutupnya.