Reporter: Anas Abdul Kadir | Editor: Bambang Irawan
TANA PASER - Keindahan alam Bumi Daya Taka sudah tak bisa diragukan lagi, salah satu tempat yang cocok untuk jadi lokasi camping, berlibur, memancing ataupun sekedar menghilangkan penat ada di Taman Hutan Raya (Tahura) Lati Petangis.
Letaknya tak jauh dari Ibukota Kabupaten Paser, yakni sekitar 40 menit dari Kelurahan Tanah Grogot menuju Desa Petangis, Kecamatan Batu Engau. Akses ke objek wisata sangat baik, meski menggunakan kendaraan mobil dengan sasis rendah atau ceper bisa sampai ke lokasi.
Objek wisata alam ini menawarkan keindahan alam dalam area 3.445,37 hektare (Ha) yang terdiri dari lima blok, yaitu blok pemanfaatan, perlindungan, koleksi, rehabilitasi dan khusus. Kemudian ada juga berbagai jenis satwa lain yang hidup di Tahura Lati Petangis, seperti beruang madu, koala, monyet, uwa-uwa dan burung rangkong atau enggang.
"Ada juga pohon ulin yang merupakan pohon endemik Kalimantan," Komandan Brigade Tahura Lati Petangis, Rudiansyah.
Tahura Lati Petangis juga memiliki berbagai jenis tanaman hutan, seperti sengon, trembesi dan mahoni. Agar lebih bervariatif pengelola juga menambah tanaman buah. Disertai tempat penyemaian dan pembibitan beberapa jenis buah, seperti rambutan, alpukat, durian, mangga, dan elai.
"Kami juga membudidayakan madu kelulut yang berkhasiat," tambahnya. Pengunjung juga dapat menikmati berbagai fasilitas yang tersedia, seperti di Pit 1, ada danau yang bisa digunakan untuk memancing. Ada juga pondok seluang, menara pantau, gazebo, anjungan dan beberapa spot foto yang menarik.
Rudi mengatakan retribusi yang dikenakan ke pengunjung untuk bisa menikmati alam Tahura Lati Petangis. Tiket masuk hanya Rp7.500 untuk dewasa dan Rp5 ribu untuk anak-anak. “Biasanya yang kerap berkunjung adalah mahasiswa dari berbagai universitas. Mereka datang untuk penelitian flora dan fauna di kawasan hutan tersebut," ungkap Rudi.
Rencananya, kata Rudi, destinasi wisata Tahura Lati Petangis masih terus dikembangkan untuk menarik lebih banyak pengunjung. Salah satu rencana yang sedang dibahas adalah menambah fasilitas sepeda air di danau.
"Namun, kami harus membuat perencanaan yang matang terlebih dahulu dan kami juga harus menentukan batas-batas jarak untuk sepeda air," jelas Rudi.
Terakhir Rudi mengenalkan maskot area hutan konservasi tersebut adalah lutung dahi putih. “Lutung merupakan satwa yang langka dan dilindungi,” tutupnya