Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Bambang Irawan
BALIKPAPAN - Di sebuah perkampungan dihebohkan oleh sekelompok orang yang ingin menutup warung makan Tegal (Warteg) saat puasa Ramadan.
Ini adalah sebuah gambaran cerita yang diambil dari kisah nyata yang kerap terjadi di masyarakat.
Dalam cerita tersebut, seorang kyai di perkampungan itu menghentikan sekelompok orang dengan alat pemukulnya.
Sambil berlari dan meneriakan kalimat takbir.
"Allahu Akbar, Allahu Akbar," ucap sekelompok orang itu yang hendak menutup paksa warteg di perkampungannya.
Belum sampai di tempat, langkah sekelompok orang tersebut pun dihentikan oleh kyai.
"Hei, mau ke mana? siang-siang lari-lari. Kayak mau tes masuk ABRI," tanya kyai.
"Kita mau sweeping kiyai", jawab salah satu orang kelompok itu.
Sweeping, kyai melanjutkan, kok nggak bawa sapu?, malah bawa-bawa pentungan seperti itu.
"Kami mau sweeping warteg-warteg yang buka siang hari kiyai, karena hari ini kami sedang puasa kyai," jawab salah satu orang yang lainnya.
"Astagfirullahaladzim," ucap kyai.
Kemudian, kyai mengeluarkan ilmunya untuk menurunkan satu buah kelapa dari pohonnya hingga dilubangkan dengan jarinya agar dapat diminum oleh sekelompok orang tadi yang tampak terheran-heran melihat tingkah kyai.
"Ayo minum!. Siang terik begini, minum dengan maknyes," kyai menyodorkan kelapa itu.
"Maaf, kita lagi puasa kyai," jawabnya menolak tawaran kyai.
Kilyai pun mengeluarkan mutiara hikmah bahwa sekuat apapun godaan, semua tergantung dari niat.
"Jadi kuatkan niatmu. Biarkan pohon kelapa ini tetap tumbuh, dan biarkan orang lain tetap mencari nafkah," tutur kyai.
Seorang santriwati kyai pun lewat dihadapan sekelompok orang tersebut, kemudian memandangi kecantikan santriwati itu sambil tersenyum manis.
"Perempuan lewat, bikin hati dredeg. Kalau iman kuat, tak perlu takut sama warteg," tegas kyai, kemudian sekelompok orang tersebut membatalkan rencananya itu.
Menggapai cerita tersebut, Guru Ahmad Zaini Dumairi membenarkan di era sekarang yang semakin modern banyak terjadi warteg yang membuka saat siang Ramadan.
"Ini menunjukkan kepada kita semua, bahwa selama bulan Ramadan warteg buka ada yang dari pagi, ada yang siang dan ada juga yang mendekati waktu berbuka," kata Imam Rawatib Masjid Jami Al Anshar ini.
Karena itu, ditegaskannya untuk menghadapi fenomena tersebut seorang muslim harus memandang positif.
"Jika kita memandang ke hal yang lebih positif, mereka juga mencari nafkah, dan sebagian bekerja untuk menghidupi keluarganya," terangnya.
Ia mengatakan saat Ramadan memang ditekankan untuk berpuasa bagi beragama Islam, sudah balig atau dewasa, berakal, sehat, mampu, tidak sedang nifas dan tidak sedang dalam perjalanan.
"Memang yang lebih di tekankan setiap kita disuruh untuk berpuasa di bulan Ramadan, sedangkan mereka bekerja juga merupakan ibadah yang apabila sambil berpuasa jauh lebih besar pahalanya disisi Allah SWT. Sementara warteg yang buka saat Ramadan, mereka juga mencari nafkah untuk dirinya dan keluarganya," jelasnya.
Dengan demikian, ia mengajak kepada seluruh muslimin untuk menjaga perasaan selama Ramadan. Ciptakan suasana toleransi dan kondusiftas.
"Untuk kita semua, marilah kita menjaga perasaan kita selama berpuasa. Dan juga terhadap saudara saudara kita," imbuhnya.