Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Sejarah dan Makna Lebaran Ketupat dari Lesbumi PCNU Balikpapan

Ketua Lesbumi PCNU Balikpapan, Muhajirin. (Foto: Dok Lesbumi PCNU Balikpapan)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Sejarah dan Makna Lebaran Ketupat dari Lesbumi PCNU Balikpapan

    PusaranMedia.com

    Ketua Lesbumi PCNU Balikpapan, Muhajirin. (Foto: Dok Lesbumi PCNU Balikpapan)

    Sejarah dan Makna Lebaran Ketupat dari Lesbumi PCNU Balikpapan

    Ketua Lesbumi PCNU Balikpapan, Muhajirin. (Foto: Dok Lesbumi PCNU Balikpapan)

    Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Buniyamin

    BALIKPAPAN - Ketua Lembaga Seniman dan Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Balikpapan, Muhajirin mengungkapkan sejarah dan makna Lebaran Ketupat.

    Ia menyampaikan Lebaran Ketupat adalah sebuah tradisi Nusantara yang masih terawat hingga menjadi sebuah cerita di masa kini.
     
    "Cerita-cerita itu pada akhirnya menjadi sebuah adat dalam tradisi NU, adat itu bisa jadi sebuah hukum dan menjadi sebuah kebiasaan," ucap Ustadz Muhajirin, sapaannya, Senin (15/4/2024).

    Dikatakannya, Lebaran Ketupat dikonotasikan oleh Bahasa Arab sebagai Kafatan dan warga Indonesia menyebutnya Kupat atau Kupatan.

    "Gandengannya kupat, ada yang namanya lepet kalau bahasa Jawanya. Kalau keduanya kita sinkronkan dari semua kelepatan, lepet itu kesalahan, keluputan, kekeliruan, setidaknya ya harus dimaafkan. Artinya, jika kita kepingin menjadi umat Islam yang kafatan atau kaffah, maka kita harus punya jiwa dan sifat pemaaf dari hasil kita melakukan sebuah ritual puasa wajib Ramadan," ungkapnya.

    Untuk itu, kata dia, puasa Ramadan adalah makna dan hikmah dari Lebaran Ketupat. Di mana saat itu umat Islam ditempa dengan berbagai macam, seperti menahan hawa nafsu dan semua apapun yang harus ditahan, termasuk pengelihatan, pendengaran dan semuanya itu untuk menjadi manusia yang kaffah.

    "Sehingga ada di sandi yang namanya kupatan atau ketupat," ujarnya. Selain itu ketupat ada dua versi,  yaitu ketupat duduk dan segi empat. 

    Dikatakannya, ketupat duduk adalah sebuah sandi dengan makna bagaimana mendudukkan diri pribadi sebagai orang yang sadar beragama Islam.

    "Nah pegangan empat yang harus dipegang orang-orang NU atau seorang muslim adalah tiada lain dari Quran, Hadist, Ijtima dan Qiyas. Itu bentuk ketupat dari segi empat sebagai dasar pegangan" terangnya.

    Sedangkan dari sisi lain, Lebaran Ketupat juga diartikan dengan sedulur papat limo pancer, dirinya tidak membantah kaitannya dengan hal tersebut.

    "Kalau kita kait-kaitkan dengan apapun yang bentuknya empat itu ya tidak ada yang tidak masuk. Orang, tradisi zaman dulu 'kan ya terserah orang mau gambarkan bagaimana. Cuman ya mohon maaf, dengan pecahan-pecahan ilmu seperti itu tergantung masing-masing orang memaknai itu mencari jati diri. Dari apapun 'kan bisa kita pakai wasilah untuk dapat sebuah ilmu atau bahasanya ruh sehingga menjadi kawruh, dari kawruh bisa menjadi pemahaman kemudian jadi pengerten atau mengerti segala hal tentang ilmu itu sendiri," bebernya.

    "Urusan realisasi terserah kita, mau diarahkan lebih baik bisa dan ke hal-hal yang buruk juga bisa. Sehingga sebenarnya ilmu itu tidak ada ilmu hitam dan putih. Ilmu ya ilmu, tergantung orangnya mengarahkan kemana ilmu itu," tambahnya.

    Ia pun khawatir tradisi Lebaran Ketupat bisa punah tergerus zaman. Ini dikarenakan tidak adanya generasi muda yang bisa membuat ketupat.

    "Sekarang generasi muda sudah ada yang nggak bisa bikin ketupat, dan itu sangat disayangkan. Masalahnya apa? karena itu adalah sebuah tradisi dan kreativitas yang seharusnya tidak kita tinggalkan. Dari kearifan lokal ini harus kita jaga agar tetap terawat," imbuhnya.

    Untuk Lesbumi di Balikpapan, diakuinya, belum merealisasikan secara utuh dan masih sebatas obrolan sambil membawa janur untuk buat ketupat.

    "Teman-teman kadang memperkenalkan di tempat duduk, bahwa begini loh cari buat ketupat duduk dan segi empat. Dari itulah bisa kita tularkan, tapi teman-teman Lesbumi sedikit banyak kita membicarakan itu walau sekedar cerita supaya mereka tidak lupa bahwa itu adalah tradisi leluhur kita," tuturnya.