Reporter : Umar Daud | Editor : Buniyamin
TANJUNG REDEB - Sungai di Kabupaten Berau terus mengalami pendangkalan tiap tahunnya dan dikhawatirkan akan menganggu aktivitas pelayaran di Bumi Batiwakkal.
Kepala Kantor Unit Penyelenggaraan Pelabuhan (KUPP) Tanjung Redeb, Marsri mengaku masalah tersebut harus secara maksimal karena menjadi ancaman serius bagi arus pelayaran di Berau.
"Tiap tahun pendangkalan bertambah 30 Centimeter (Cm). Kalau tidak melakukan pendalaman, ini akan mengganggu sistem pelayaran," kata Marsri, Selasa (16/4/2024).
Ia menduga pendangkalan tersebut akibat aktivitas pertambangan dan perkebunan yang membuka lahan secara luas, sehingga sedimentasi turun ke sungai.
"Adapun tindakan yang dilakukan dengan memasang rambu penanda titik-titik di sepanjang alur pelayaran. Itu sudah kami lakukan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan," bebernya.
Berdasarkan data yang ada, setidaknya ada 12 titik dangkal di sepanjang alur sungai Berau yang berisiko menganggu pelayanan.
"Salah satu titiknya hanya setinggi 2,1 meter. Titik dangkal itu di antaranya bawah Jembatan Gunung Tabur (LWS 10 meter), dermaga umum (LWS 13 meter), Rajanta (LWS 8 meter), Maluang (2,5 meter), Gurimbang (LWS 3 meter), kabel PLTU Lati (LWS 8 meter)," ujarnya.
Kemudian di Kelapa-kelapa (LWS 2,7 meter), penyeberangan sokan (LWS 3 meter), Daeng Maru (2,7 meter), Lunsuran Naga (3,6 meter), Tenda biru (LWS 2,1 meter), dan tikungan Suaran (4,1 meter).
Ia menyebut ketika air surut, jalur tersebut sangat berisiko untuk dilalui. Bahkan beberapa waktu lalu sempat ada kapal yang tidak bisa berlayar ke pelabuhan karena kandas.
"Tiga hari lalu ada kapal yang kandas karena alurnya terlalu dangkal dan terpaksa harus menunggu air pasang baru bisa melanjutkan pelayarannya," imbuhnya.
Kondisi ini, lanjut dia, dikhawatirkan dapat mengganggu suplay barang, sehingga harus segera dilakukan pengerukan atau pendalaman.
"Adapun untuk proses pendalaman sendiri merupakan kewenangan pemerintah pusat. Namun, Pemkab Berau beserta stekholdernya bisa mengusulkan agar segera dilakukan pendalaman," terangnya.
Termasuk peran serta perusahaan swasta yang ada di Berau agar bisa berkontribusi. "Termasuk pihak swasta yang ada di Berau juga harapannya bisa berkontribusi. Kalau kapal-kapal logistik terganggu pelayarannya, yang kena imbasnya tentu masyarakat Berau," pungkasnya.