Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Usai Negosiasi Alot, Penumpang KM Mutiara Ferindo VII Terima Uang Kompensasi Rp100 Ribu

Para penumpang melakukan antrean pengambilan kompensasi di di Posko Pelayanan Terpadu Angkutan Laut, Selasa (23/4/2024). (Foto: Achmad Fadillah/Pusaranmedia.com)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Usai Negosiasi Alot, Penumpang KM Mutiara Ferindo VII Terima Uang Kompensasi Rp100 Ribu

    PusaranMedia.com

    Para penumpang melakukan antrean pengambilan kompensasi di di Posko Pelayanan Terpadu Angkutan Laut, Selasa (23/4/2024). (Foto: Achmad Fadillah/Pusaranmedia.com)

    Usai Negosiasi Alot, Penumpang KM Mutiara Ferindo VII Terima Uang Kompensasi Rp100 Ribu

    Para penumpang melakukan antrean pengambilan kompensasi di di Posko Pelayanan Terpadu Angkutan Laut, Selasa (23/4/2024). (Foto: Achmad Fadillah/Pusaranmedia.com)

    Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Bambang Irawan

    BALIKPAPAN - Ribuan penumpang KM Mutiara Ferindo VII akhirnya mendapatkan kompensasi Rp100 ribu yang diberikan PT Atosim Lampung Pelayaran sebagai pengelola kapal.

    Pemberian kompensasi itu diberikan setelah melakukan diskusi panjang bersama perwakilan penumpang dengan Kepala Cabang PT Atosim Lampung Pelayaran Balikpapan Dewa Atmadja, Kapolsek Pelabuhan Semayang AKP Hari Purnomo dan instansi terkait lainnya di Posko Pelayanan Terpadu Angkutan Laut, Selasa (23/4/2024).

    Dalam diskusi tersebut perwakilan 10 penumpang mencurahkan semua kekecewaannya selama menaiki KM Mutiara Ferindo VII yang berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok Surabaya menuju Pelabuhan Semayang Balikpapan.

    "Kami bukan hanya kecewa terhadap ketersediaan makanan yang disiapkan, tapi saat berangkat pun kami sudah kecewa. Tanggal 19 kemarin, mestinya kita berangkat. Akhirnya diundur jadi tanggal 21 sore, jam dua malam kapal berangkat. Jadi pengunduran sudah 24 jam, satu hari setengah berarti 'kan dari situ saja kita sudah kecewa," ucap Emir salah seorang penumpang.

    Ia mengungkapkan seandainya 10 orang ini yang terdiri lima penumpang dan lima sopir angkutan truk tidak meredam penumpang lainnya, kapal bisa hancur.

    "Kita semua mereda, jadi dari 10 orang itu mencoba menenangkan penumpang bahwa kita tim relawan bakal masak. Jadi kami minta untuk tenang, jangan ada pergerakan yang tidak diinginkan. Kita ini bukan di darat, tapi di atas air. Akhirnya kondusif semuanya," ungkapnya.

    Kondisi itulah, dikatakannya semua persediaan bahan pangan habis dijarah penumpang sehingga untuk yang dimasak pun apa adanya.

    "Masak sayur terong, cingur dan lainnya yang apa adanya. Itu kita dahulukan dulu untuk ibu-ibu sama anak kecil, karena kondisi sudah pada lemah, dua hari 48 jam anak-anak nggak makan. Jadi kok bisa dilayarkan kondisi kapal seperti itu," ujarnya.

    Bahkan sang koki kapal, Riski mengaku saat diskusi menjadi sasaran amukan penumpang. Goresan luka di dadanya diperlihatkan sebagai bukti, bahkan saat itupun nyaris menjadi korban pembunuhan.

    "Kita nggak tahu kondisi itu, karena kita lagi pada negosiasi ke kapten kapal. Nah di bawah kita nggak tahu kondisinya seperti apa, tapi yang namanya orang lapar ya bagaimana. Orang lapar yang dituju ya koki. Awal makanan busuk, sedangkan dia (Koki, Red) sudah mencicipi dulu, sudah dicicipi kenapa dikasih ke penumpang. Sudah tahu busuk, itu 'kan jadi pertanyaan, mau ngeracunin?. Semua orang pun kalau dikasih makanan busuk marah nggak kira-kira," beber Emir.

    Sehingga saat penjarahan, para relawan meminta tolong kepada penumpang yang ngambil beras dan bahan-bahan perlengkapan  lainnya untuk segera dikembalikan karena mau dimasakin pihaknya.

    "Jadi kita umumkan dan sweeping ke penumpang untuk dikembalikan  kita masak lagi. Penjarahan itu dilakukan karena mau masak sendiri-sendiri, sebab kebetulan ada yang bawa perlengkapan memasaknya," terangnya.

    Dikatakannya, kekesalan tersebut diperparah dengan pihak kapal yang menjual makanan dan minuman di kantin mulai harga Rp10-35 ribu. Itu yang bikin kesel, jadi jatah makan lima kali untuk penumpang dibelakangkan. Sedangkan nasi sama ikan dijual kemasan Rp35 ribu. 

    "Penjarahan barang kantin itu juga karena sudah dapat izin, bahwa diambil gratis. Kalau nggak bilang gratis, nggak kayak gitu," tuturnya.

    Bukan cuma itu, Emir dan kawan-kawannya menilai kapal tersebut tidak dilengkapi pengamanan keselamatan. Bahkan di saat diskusi itu juga, salah satu penumpang membuka sampel makanan yang busuk. Saat dibuka dari plastik putih, betapa menyengatnya bau lauk pauk tersebut. Semua yang hadir dalam ruangan itu menutup hidungnya, hingga ada yang keluar ruangan.

    Diskusi pun semakin alot, saat Kepala Cabang PT Atosim Lampung Pelayaran Balikpapan Dewa Atmadja meminta maaf atas ketidaknyamanannya penumpang dan siap memberikan kompensasi sebesar Rp60 ribu. 

    Namun 10 perwakilan penumpang itu menolak, karena tidak sesuai dengan harga makanan yang tertera di kantin dan pada umumnya. Bahkan dianggap tidak memanusiakan manusia.

    "Kalau harga Rp60 ribu, saya rasa nggak layak. Sedangkan makan di kantin belinya Rp35 ribu. Jadi kalau kita mau panjang, tidak mau. Laporan kapal kepada catering jelas ada 1.900 penumpang, tapi di sini kok sampai penuh. Kalau lima kali makan hanya dapat Rp12 ribu, sedangkan di Balikpapan kita makan Rp30 ribu sudah dapat ayam dan bebek. Sekarang tolong dipikirkan harga segitu pantas atau tidak buat kami. Kami itu manusia pak, tolong dimanusiakan," kata Muhammad Rokip.

    Kepala Cabang PT Atosim Lampung Pelayaran Balikpapan, Dewa Atmadja akhirnya menyanggupi kesepakatan penumpang dengan kompensasi Rp100 ribu bagi semua penumpang.

    "Jadi hasil mediasi penumpang di sini, disepakati per orangnya adalah Rp100 ribu. Artinya dengan persyaratan mereka menunjukkan keaslian tiketnya baru bisa ditukar kompensasi itu dan kami lakukan pengecekan sistem dibarcode kami," kata Dewa.

    Ia pun tetap menunggu dan melayani bagi penumpang lainnya yang memilih pulang duluan, hingga bisa dibayar baik secara kontan dan transfer. Di sisi lainnya, ia mengaku ada overload penumpang meski sedikit.

    "Sesuai hitungan tidak, artinya tipis saja. Itupun kelebihan bisa jadi mereka keluar dari kapal melalui pintu terminal itu, mungkin ada yang bukan penumpang kami treker alat ceker kami. Artinya penumpang sesuai manifes, sehingga tidak ada isu yang disampaikan sampai 4.000 ribuan lebih. Itu 'kan perkiraan, sehingga terlihatnya lebih. Jadi hanya 1.989 penumpang," jelasnya.