Reporter: Lodya Astagina | Editor: Buniyamin
TENGGARONG - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Mahyudin mengunjungi Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martadipura untuk mempererat silaturahmi di tingkat daerah, Kamis (9/5/2024).
Kunjungan Mahyudin ke Kota Raja ini disambut langsung oleh Sultan Kutai Kertanegara Ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin bersama kerabat di Kedaton Kutai Kertanegara Ing Martadipura.
Dalam pertemuan itu, Mahyudin dan Sultan Aji Muhammad Arifin sempat berbincang-bincang singkat mengenai situasi di Kutai.
Perbincangan adat istiadat dan kebudayaan pun tak luput dari obrolan keduanya.
Mahyudin mengaku sangat menghormati Sultan Aji Muhammad Arifin yang kini memimpin Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martadipura.
Ia mengapresiasi sultan yang mampu mengayomi masyarakatnya dengan baik dan damai.
Mahyudin menyampaikan, kunjungannya ke Kutai Kartanegara (Kukar) sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat di daerah.
Terlebih, di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) masih ada beberapa wilayah yang menjunjung tinggi adat istiadat. Tak terkecuali Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martadipura sebagai pemangku adat tertinggi di Kaltim.
“DPD RI sebagai representasi wilayah, belakangan juga ada banyak isu menarik berkaitan dengan adat istiadat kita. Terbaru masalah tugu rumah adat di Bontang yang harus dipindah karena kurangnya koordinasi,” ucapnya.
Mahyudin berpesan agar ke depan, jika ada kegiatan berkaitan dengan adat, maka wajib berkoordinasi dengan pihak Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martadipura. Ini untuk mengantisipasi terjadinya perselisihan. “Jangan sampai terulang kasus kemarin (di Bontang),” harapnya.
Melihat kebudayaan di Kukar yang dilestarikan dengan cukup baik, Politikus ini bermimpi untuk menjadikan Kota Raja Tenggarong sebagai pusat budaya Kaltim. Mengingat Kukar juga menjadi bagian dari wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN), sekaligus mitra IKN.
Dengan berpindahnya IKN kelak, Mahyudin sangat optimis bakal ada perkembangan baru di Kukar dan sekitarnya, sehingga adat istiadat dan kebudayaan Kutai bisa disuguhkan kepada pendatang.
Dengan demikian, Kukar dan segala isinya bisa semakin dikenal. “Saya juga usulkan ke sultan agar ada pagelaran seni daerah yang kontinyu. Bisa setiap hari atau seminggu sekali. Jadi orang bisa mengenal dan memahami Kesultanan Kutai,” jelasnya.
“Mereka bisa menghormati, istilahnya di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung, budaya Kaltim budaya Kutai harus dikenal baik oleh masyarakat Indonesia maupun Internasional,” timpalnya.