Reporter: Ayu Norwahliyah | Editor: Bambang Irawan
Reporter: Ayu Norwahliyah | Editor: Bambang Irawan
SAMARINDA - Tren perpisahan sekolah TK dengan konsep yang mirip wisuda perguruan tinggi menuai sorotan dari Anggota Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Damayanti.
Meskipun dirinya memahami konsep tersebut merupakan bentuk kreativitas dan momen spesial bagi anak-anak, tetapi ia mengingatkan agar perayaan tersebut tidak memberatkan orang tua.
"Tapi kalau hanya untuk senang-senang saja dan atas kesepakatan bersama antara orang tua dengan sekolah, sah-sah saja," kata Damayanti.
Namun, Damayanti mempertanyakan penggunaan toga dalam perpisahan TK, yang menurutnya memiliki makna simbolik lebih mendalam untuk perguruan tinggi.
"Kalau berbicara tentang toga itu kan seperti sesuatu yang sakral, itu menunjukan ilmu kemudian banyak hal yang tersirat atau makna dari toga itu sendiri," jelasnya.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini khawatir penggunaan toga dapat memicu misinterpretasi dan memberatkan orang tua secara finansial.
Damayanti menyarankan agar sekolah dan orang tua memilih konsep perpisahan yang lebih sederhana dan sesuai dengan usia anak-anak TK.
"Jangan sampai memberatkan orang tua si anak, karena kondisi orang kita tidak tahu seperti apa," tutupnya. (Adv)
DPRD Kota Samarinda
Reporter: Ayu Norwahliyah | Editor: Bambang Irawan
SAMARINDA - Tren perpisahan sekolah TK dengan konsep yang mirip wisuda perguruan tinggi menuai sorotan dari Anggota Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Damayanti.
Meskipun dirinya memahami konsep tersebut merupakan bentuk kreativitas dan momen spesial bagi anak-anak, tetapi ia mengingatkan agar perayaan tersebut tidak memberatkan orang tua.
"Tapi kalau hanya untuk senang-senang saja dan atas kesepakatan bersama antara orang tua dengan sekolah, sah-sah saja," kata Damayanti.
Namun, Damayanti mempertanyakan penggunaan toga dalam perpisahan TK, yang menurutnya memiliki makna simbolik lebih mendalam untuk perguruan tinggi.
"Kalau berbicara tentang toga itu kan seperti sesuatu yang sakral, itu menunjukan ilmu kemudian banyak hal yang tersirat atau makna dari toga itu sendiri," jelasnya.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini khawatir penggunaan toga dapat memicu misinterpretasi dan memberatkan orang tua secara finansial.
Damayanti menyarankan agar sekolah dan orang tua memilih konsep perpisahan yang lebih sederhana dan sesuai dengan usia anak-anak TK.
"Jangan sampai memberatkan orang tua si anak, karena kondisi orang kita tidak tahu seperti apa," tutupnya. (Adv)
Reporter: Ayu Norwahliyah | Editor: Bambang Irawan
SAMARINDA - Tren perpisahan sekolah TK dengan konsep yang mirip wisuda perguruan tinggi menuai sorotan dari Anggota Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Damayanti.
Meskipun dirinya memahami konsep tersebut merupakan bentuk kreativitas dan momen spesial bagi anak-anak, tetapi ia mengingatkan agar perayaan tersebut tidak memberatkan orang tua.
"Tapi kalau hanya untuk senang-senang saja dan atas kesepakatan bersama antara orang tua dengan sekolah, sah-sah saja," kata Damayanti.
Namun, Damayanti mempertanyakan penggunaan toga dalam perpisahan TK, yang menurutnya memiliki makna simbolik lebih mendalam untuk perguruan tinggi.
"Kalau berbicara tentang toga itu kan seperti sesuatu yang sakral, itu menunjukan ilmu kemudian banyak hal yang tersirat atau makna dari toga itu sendiri," jelasnya.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini khawatir penggunaan toga dapat memicu misinterpretasi dan memberatkan orang tua secara finansial.
Damayanti menyarankan agar sekolah dan orang tua memilih konsep perpisahan yang lebih sederhana dan sesuai dengan usia anak-anak TK.
"Jangan sampai memberatkan orang tua si anak, karena kondisi orang kita tidak tahu seperti apa," tutupnya. (Adv)