Reporter: Ayu Norwahliyah | Editor: Bambang Irawan
SAMARINDA - Peredaran bahan bakar minyak (BBM) eceran di Kota Samarinda masih menjadi polemik. Keberadaan Pertamini atau Pom Mini yang menjamur di berbagai sudut kota menimbulkan kekhawatiran akan keamanan dan legalitasnya.
Ledakan mesin Pertamini yang berulang kali terjadi, bahkan merenggut nyawa menjadi bukti nyata bahaya dari bisnis ilegal ini. Namun, fenomena ini tak membuat jera para pelaku usaha Pertamini.
Pengamat Ekonomi Universitas Mulawarman (Unmul), Purwadi Purwoharsojo mengibaratkan Pertamini sebagai wabah yang harus segera diatasi. "Semua SPBU mengantri tapi Pertamini penuh isi BBM jadinya aneh," kata Purwadi.
Purwadi juga menyoroti takaran BBM di dalam mesin Pertamini yang tidak terjamin dan tak berada di bawah pengawasan Dinas Perdagangan (Disdag). Sehingga dirinya merasa pesimis jika persoalan ini tak akan berujung tanpa ketegasan dari Pertamina dan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda.
"Baik Pertamina maupun Pemkot, jangan duduk di meja semua. Pertamina saja sudah sebut bahwa ini bukan wilayahnya. Lantas izin siapa, tidak mungkin mesin Pertamini turun dari langit," ungkapnya.
Sebagai solusi, Purwadi mendorong Pemkot Samarinda untuk fokus mengembangkan Pertashop. Menurutnya, Pertashop menawarkan solusi yang lebih terjamin legalitasnya, aman, dan memiliki regulasi yang jelas.
"Pertashop juga jelas ke Pertamina izinnya. Ini tinggal ketegasan antara Pemkot dan Pertamina dan masyarakat juga harus mudah diatur, ini demi kebaikan semua orang," tutupnya.