Reporter: Muhibar Sobary A | Editor: Supiansyah
SAMARINDA - Investasi saham kini diminati beberapa kalangan di kota industri, seperti Balikpapan. Mahasiswa hingga pengusaha kelas atas di Kota Beriman, sudah mengerti apa yang dimaksud dengan pasar modal bahkan turut serta mempraktiknya. Tapi, tidak demikian dengan di Samarinda.
Di Kota Tepian, kaum milenial belum menunjukan antusiasme yang tinggi untuk berinvestasi saham. Dari lima mahasiswa, dapat dikatakan, hanya satu saja yang mengerti berinvestasi. Baik itu di reksadana ataupun saham.
Salah satu konsultan saham di Kota Samarinda, Irfan Maulana mengakui hal tersebut. Menurutnya, beberapa nasabah yang bermain di bidang tersebut, rata-rata berada pada usia di atas 30 tahun.
"Jarang ada milenial kita yang mengerti (investasi)," terang Irfan saat ditemui di salah satu kafe di Jl Juanda, Samarinda, Sabtu (24/10/2020).
Irfan mengatakan, kendala yang terjadi ialah kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap produk perbankan non-konvensional. Kemudian, beredarnya 'virus' tertentu di masyarakat Samarinda. Yah, Irfan menyebutnya virus. Karena dampaknya yang cepat menulari orang lain.
Virus yang dimaksud Irfan ialah adanya beberapa oknum yang sebelumnya pernah mengalami kegagalan ketika melakukan investasi saham di firma tertentu. Kemudian menularkan virus tersebut ke beberapa masyarakat yang baru ingin melakukan investasi.
Hal ini memang sering terjadi di lapangan. Dijelaskan olehnya, tak jarang hubungan emosional antara pihak-pihak tertentu yang menyebabkan virus tersebut cepat menular."Itu wajar saja terjadi," ujar Irfan memaklumi.
Permasalahan tersebut kerap terjadi di trading. Saat ini, istilah Trading, secara khusus mengacu pada kegiatan jual beli jangka pendek yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar berjangka, dengan pelakunya disebut sebagai trader.
Untuk risiko, dengan tegas Irfan mengatakan memang cukup tinggi. Namun, ia berani menjamin bahwa trading sendiri aman untuk dilakukan. Dengan catatan, nasabah yang terlibat harus mengetahui bagaimana manajemen risiko kegiatan tersebut.
"Saat ini, bisnis apa sih yang tidak memiliki risiko? Jangankan seratus juta, satu miliar saja bisa hilang jika kita tidak mengaturnya dengan baik. Profesi ojek online saja risikonya juga tinggi," katanya.
Di Samarinda, pemain saham di kalangan mahasiswa dapat dikatakan Irfan jarang sekali ada. Kebanyakan kegiatan ini didominasi masyarakat yang sudah berstatus pensiun dari instansi tertentu. Atau perusahaan tertentu, yang rutin bermain di bidang tersebut.
Irfan juga menjelaskan perbedaan saham, trading-saham dan trading. Saham sendiri menurut Irfan hanya dilakukan dalam satu arah. Keuntungan kita hanya berharap dari kondisi nilai saham saat ini.
"Jika di sana rugi, kita juga rugi. Kalau untung, kita juga untung," lugasnya.
Sedangkan untuk trading-saham, masyarakat bisa memiliki dua pilihan. Irfan kembali memberikan contoh, jika perusahaan yang dilakukan investasi saham mengalami kerugian, masyarakat tidak merasa ketergantungan.
Karena transaksi dua arah buy-and-sell bisa dilakukan. Penawaran kontraknya pun, diterangkan Irfan akan berjangka.
"Tingkat risikonya (trading-saham) lebih mudah untuk diminimalisir ketimbang saham. Kalau saham, kita enggak tahu. Apalagi di kondisi Covid-19 seperti sekarang, semua saham turun," bebernya.
Dikatakan Irfan, di Samarinda masyarakatnya masih berada di posisi 50:50 untuk soal investasi saham, trading, ataupun trading-saham. Kembali ia menegaskan, pemilihan investasi juga bergantung pada selera masing-masing orang.
"Ada yang berani ambil risiko tinggi, ada yang tidak," tambahnya.
Untuk untung rugi, saham berada di posisi pertama yang memiliki risiko tinggi. Kemudian trading-saham. Lalu yang terakhir, trading.
Kebiasaan masyarakat juga mempengaruhi kondisi investasi saham yang kurang diminati di Kota Tepian. Sikap satu nasabah perbankan investasi, dijelaskan Irfan akan mengikut kepada nasabah lainnya.
"Kalau untung dia akan diam, tapi kalau dia rugi dia akan koar-koar," celetuknya.
Irfan mengimbau jika masyarakat tertarik bermain saham hendaknya mengetahui risikonya terlebih dahulu. Lalu nantinya berlahan seseorang tersebut akan terbiasa dengan cara kerja bidang terebut.