Reporter: Ayu Norwahliyah | Editor: Bambang Irawan
SAMARINDA - Perubahan cara pandang masyarakat terhadap difabel terus menjadi isu penting yang diperjuangkan dengan berbagai program inklusi sosial, salah satunya melalui GEDSI (Gender Equity, Disability, and Social Inclusion).
Program ini bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas, tetapi juga memperkuat pemberdayaan dan inklusi sosial.
Program Officer Nasional Supporting Opportunities for Livelihood, Inclusion, and Empowerment for Persons with Disabilities (SOLIDER), Kuni Fatonah mengatakan bahwa langkah penting yang harus diambil adalah menciptakan ruang ekonomi yang setara bagi difabel di Indonesia.
"Kita membangun kapasitas mereka agar mampu bersaing di dunia kerja, serta menanamkan nilai inklusi di lingkungan kerja mereka,” jelas Kuni.
Salah satu pendekatan yang diusung oleh GEDSI adalah perubahan penggunaan istilah. Mengganti sebutan "penyandang cacat" dengan "difabel" diharapkan dapat menggeser cara pandang masyarakat terhadap difabel.
"Ini bukan sekadar soal istilah, tetapi tentang bagaimana kita mulai melihat difabel sebagai bagian dari keberagaman yang setara,” lanjutnya.
Meski demikian, tantangan besar masih menghambat realisasi kesetaraan bagi difabel. Diskriminasi dan kurangnya aksesibilitas menjadi hambatan utama yang masih harus dihadapi.
“Inklusi sosial bukan hanya soal kebijakan, tetapi menciptakan ekosistem yang mendukung bagi difabel,” ujarnya.
Dalam konteks yang lebih luas, GEDSI juga menekankan pentingnya peran media dalam membentuk opini publik tentang difabel.
Media diharapkan tidak hanya melaporkan difabel sebagai kelompok rentan, tetapi juga sebagai individu yang memiliki kemampuan dan kontribusi bagi masyarakat. Langkah ini bertujuan untuk mengubah persepsi publik sekaligus membuka kesempatan yang lebih inklusif bagi difabel.
Dengan pendekatan yang terfokus pada inklusi sosial dan perubahan persepsi, GEDSI diharapkan dapat membawa dampak nyata bagi kesetaraan difabel di Indonesia, baik dalam dunia kerja maupun kehidupan sehari-hari.
"Kamu optimis bahwa dengan komitmen bersama dari berbagai pihak, kesetaraan dan inklusi adalah tujuan yang bisa dicapai," tandasnya.