Reporter : Ana | Editor : Bambang Irawan
TANJUNG REDEB - Prosesi Baturunan Parau (menurunkan perahu) di Museum Kesultanan Gunung Tabur, dilaksanakan Senin (16/9/2024).
Kegiatan ini merupakan bagian penting yang selalu dilaksanakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) bersama dengan Kesultanan Gunung Tabur dalam rangka Memperingati Hari Jadi Kabupaten Berau ke-71 dan Kota Tanjung Redeb ke-214.
Baturunan Parau adalah prosesi menurunkan perahu lomba, yang ada di samping museum. Perahu yang beratnya lebih 300 Kg itu, diangkat beramai-ramai dengan satu komando, untuk kemudian diturunkan ke Sungai Segah.
Kapasitas perahu itu, mampu memuat 30 laki-laki dewasa. Ujung depan perahu berbentuk ukiran kepala naga tengah menganga.
Perahu Naga Sekuin sendiri merupakan ikon milik keraton. Sebelum diturunkan ke pertandingan, tetua adat Gunung Tabur menyarandu (dalam bahasa Banua berarti memberi sesaji lalu mendoakan) agar perahu beserta para pedayungnya merasa kuat, tetap selamat, dan memenangkan pertandingan.
Perahu tersebut menjadi tanda dimulainya pertandingan mendayung perahu panjang masyarakat Berau, sebagai bagian perayaan Hari Jadi ke-71 Kabupaten Berau.
Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas diwakili Sekretaris Daerah (Sekda), Muhammad Said memberikan apresiasi dan menyambut baik pelaksanaan Baturunan Parau, yang dilaksanakan setiap tahunnya dalam rangka memperingati Hari Jadi Berau.
"Saya mengucapkan terimakasih kepada segenap panitia pelaksana, Kerabat Kesultanan Gunung Tabur, jajaran Kelurahan dan Kecamatan Gunung Tabur, masyarakat serta seluruh pihak yang menyukseskan terselenggaranya kegiatan ini," ujarnya.
Tradisi ini menjadi simbol budaya dari suku banua yang menggambarkan hidup saling gotong royong. Artinya, masyarakat suku banua memiliki kesadaran dan inisiatif untuk saling membantu walaupun tanpa diminta.
Tradisi Baturunan Parau bertujuan untuk memperkuat ikatan silahturahmi antar warga masyarakat, sehingga tercipta kehidupan rukun dan damai.
Baturunan Parau merupakan wujud kecintaan kepada budaya banua, sebagai salah satu suku asli Kabupaten Berau. Tradisi Baturunan Parau ini merupakan warisan nenek moyang yang harus dilestarikan.
Sekda dalam kesempatan ini juga berharap kepada semua pihak, untuk terus melestarikan budaya, serta memelihara kondusivitas, persatuan, dan kesatuan. Oleh karena itu, ajang budaya ini bukan hanya bertujuan mempertahankan tradisi bagi masyarakat atau suku yang bersangkutan tetapi juga akan menjadi salah satu daya tarik pariwisata di Kabupaten Berau.
"Saya juga mengajak kepada kita semua untuk terus memberikan kontribusi yang terbaik untuk Kabupaten Berau. Sehingganya, visi besar Kabupaten Berau yang maju dan sejahtera dapat diwujudkan," ungkapnya.