Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Jarak Pandang Akibat Kabut Asap di Nunukan Berangsur Normal

Kepala BMKG Nunukan William Sinaga (Foto: Diansyah/pusaranmedia.com)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Utara

    Jarak Pandang Akibat Kabut Asap di Nunukan Berangsur Normal

    PusaranMedia.com

    Kepala BMKG Nunukan William Sinaga (Foto: Diansyah/pusaranmedia.com)

    Jarak Pandang Akibat Kabut Asap di Nunukan Berangsur Normal

    Kepala BMKG Nunukan William Sinaga (Foto: Diansyah/pusaranmedia.com)

    Reporter: Diansyah | Editor: Buniyamin

    NUNUKAN - Kabut asap yang terpantau di sejumlah wilayah Kabupaten Nunukan sejak Rabu (18/9/2024) lalu berangsur normal.

    Di mana sebelumnya jarak pandang dari enam kilometer turun menjadi dua kilometer. Tapi pada Kamis (19/9/2024) hari ini, jarak pandang kembali terpantau dengan jarak lima kilometer.

    Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Nunukan, William Sinaga menyampaikan, berdasarkan informasi titik panas yang diproses BMKG sesuai citra satelit sensor Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) dan Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) pada satelit polar (NOAA20, S-NPP, TERRA dan AQUA) memberikan gambaran lokasi wilayah yang berpotensi mengalami kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kalimantan Utara (Kaltara).

    Dalam citra tersebut, dikatakan William, satelit akan mendeteksi anomali suhu panas dibandingkan dengan daerah sekitarnya.

    "Observasi ini dilakukan pada siang dan malam hari untuk masing-masing satelit. Pada daerah yang tertutup awan atau blank zone, hotspot di wilayah tersebut tidak dapat terdeteksi. Keberadaan hotspot pada peta satelit akan menunjukkan warna merah, kuning dan hijau yang menggambarkan tingkat kepercayaan hotspot, yakni merah untuk tingkat kepercayaan tinggi. Kuning, tingkat kepercayaan sedang dan hijau, tingkat kepercayaan rendah," ujar William. 

    William mengaku pemantauan titik  panas atau hotspot merupakan indikator kebakaran hutan dan lahan yang memiliki fungsi sebagai pemetaan daerah rawan Karhutla.

    Data titik panas digunakan untuk menyelidiki adanya titik api atau firespot dengan melakukan pengecekan lapangan atau groundcheck untuk memastikan kejadian kebakaran, sehingga dapat segera diambil langkah antisipasif melalui pemadaman dini.

    "Dalam kondisi atmosfer dan cuaca yang relatif kering dan tidak hujan, jika hari tanpa hujan berlanjut biasanya muncul dan ada peningkatan jumlah titik panas, maka potensi Karhutla dapat terjadi," ungkapnya.

    Untuk itu, dengan kondisi ini pihaknya berpesan hal yang perlu diperhatikan yakni menjaga lingkungan, tidak melakukan pembakaran hutan dan lahan. Sebab, tingkat kemudahan terbakar menjadi sangat tinggi dan jika terjadi kebakaran dapat dengan mudah meluas.

    "Berdasarkan data pada 18 September 2024 sejak Pukul 00.00 WIB hingga Pukul 23.00 WIB terdapat 65 titik hotspot di Kaltara dengan tingkat kepercayaan level menengah. Untuk Kabupaten Tana Tidung itu 10 titik, Bulungan 43 titik, Malinau enam titik dan Nunukan 13 titik," ujarnya. 

    Dijelaskan William, 13 titik di Nunukan terpantau semuanya tingkat kepercayaan kuning atau menengah yang tersebar di Kecamatan Lumbis dengan dua titik, Kecamatan Lumbis Ogong empat titik, Kecamatan Sembakung enam titik dan Kecamatan Tulin Onsoi satu titik. 

    Untuk hari ini, berdasarkan parameter pengamatan cuaca bahwa setelah adanya hujan di sore dan malam hingga dini hari di wilayah Kaltara pada 18 September 2024 mengurangi penyebaran asap di wilayah Kaltara. Di mana kondisi tersebut membuat jarak pandang kembali naik dan kepekatan asap berkurang.

    "Di Bandara Nunukan sejak siang hingga sore hari jarak pandang sudah enam kilometer, di Bandara Tarakan jarak pandang 10 kilometer,  Tanjung Selor masih  berasap tetapi jarak pandang sudah naik menjadi lima kilometer," pungkasnya.