Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Inflasi Kota Balikpapan Terjaga di Oktober 2024, Kangkung, Ikan Layang Hingga Sawi Hijau Penyumbang Deflasi

Sawi hijau menjadi salah satu penyumbang deflasi pada Oktober 2024 di Kota Balikpapan. (Foto: Achmad Fadillah/Pusaranmedia.com)

BERITA TERKAIT

    Bisnis

    Inflasi Kota Balikpapan Terjaga di Oktober 2024, Kangkung, Ikan Layang Hingga Sawi Hijau Penyumbang Deflasi

    PusaranMedia.com

    Sawi hijau menjadi salah satu penyumbang deflasi pada Oktober 2024 di Kota Balikpapan. (Foto: Achmad Fadillah/Pusaranmedia.com)

    Inflasi Kota Balikpapan Terjaga di Oktober 2024, Kangkung, Ikan Layang Hingga Sawi Hijau Penyumbang Deflasi

    Sawi hijau menjadi salah satu penyumbang deflasi pada Oktober 2024 di Kota Balikpapan. (Foto: Achmad Fadillah/Pusaranmedia.com)

    Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Bambang Irawan

    BALIKPAPAN - Setelah mengalami inflasi pada bulan sebelumnya, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Balikpapan pada Oktober 2024 kembali mencatatkan deflasi. 

    Berdasarkan rilis terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Balikpapan mengalami deflasi sebesar 0,61 persen (mtm). Dengan deflasi bulanan ini, inflasi tahunan Kota Balikpapan tercatat sebesar 1,51 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 1,71 persen (yoy) dan inflasi gabungan empat kota di Provinsi Kalimantan Timur yang tercatat sebesar 1,75 persen (yoy).

    Deputi Direktur Bank Indonesia (BI) Balikpapan, Robi Ariadi, mengungkapkan bahwa beberapa komoditas menjadi penyumbang deflasi terbesar secara bulanan (mtm) di Kota Balikpapan pada Oktober 2024, antara lain kangkung, ikan layang, bayam, bensin, dan sawi hijau.

    "Penurunan harga pada komoditas kangkung, bayam, dan sawi hijau disebabkan oleh pasokan yang meningkat seiring dengan panen di beberapa daerah, seperti Kutai Kartanegara dan Kota Balikpapan," ujar Robi dalam keterangan pers, Selasa (5/11/2024).

    Sementara itu, harga ikan layang juga mengalami penurunan karena pasokan yang meningkat berkat hasil tangkapan nelayan yang lebih baik. Adapun penurunan harga bensin terkait dengan kebijakan Pertamina yang menurunkan harga bahan bakar non-subsidi pada awal Oktober 2024.

    Selain Kota Balikpapan, IHK untuk Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) pada Oktober 2024 juga mengalami deflasi sebesar 0,12 persen (mtm), setelah sebelumnya tercatat inflasi sebesar 0,23 persen. Secara tahunan, inflasi IHK Kabupaten PPU adalah sebesar 0,85 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (1,71% yoy) dan inflasi gabungan empat kota di Provinsi Kalimantan Timur (1,75% yoy).

    Menurut Robi, deflasi terbesar di Kabupaten PPU bersumber dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil sebesar 0,14 persen (mtm). Penyumbang deflasi tertinggi di Kabupaten PPU antara lain semangka, sawi hijau, cabai rawit, kangkung, dan bayam, yang harga-harganya turun akibat pasokan yang lancar dan meningkat dari daerah pemasok.

    Meskipun mengalami deflasi, Robi menyampaikan bahwa inflasi tahunan Kota Balikpapan saat ini masih berada dalam target sasaran inflasi nasional, yaitu 2,5 persen ± 1 persen.

    "Ini sesuai dengan hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan pada Oktober 2024, yang menunjukkan peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini," tambahnya.

    Ia menjelaskan, peningkatan optimisme konsumen tersebut didorong oleh harapan yang lebih baik terhadap penghasilan saat ini dan ketersediaan lapangan kerja.

    Menyikapi proyeksi inflasi ke depan, Robi mengingatkan agar tetap waspada terhadap faktor musiman, khususnya pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Nataru, yang diperkirakan akan meningkatkan inflasi dari sisi permintaan. Hal ini tercermin dari peningkatan volume transaksi QRIS di Kota Balikpapan, Kabupaten PPU, dan Kabupaten Paser pada September 2024 masing-masing sebesar 5,12 persen (mtm), 11,36 persen (mtm), dan 13,01 persen (mtm) dibandingkan Agustus 2024.

    "Namun, ke depan kami tetap waspada terhadap potensi gangguan pasokan akibat curah hujan yang meningkat, terutama untuk komoditas hortikultura seperti kangkung, bayam, dan sawi hijau yang sering menjadi penyumbang inflasi," kata Robi.

    Ia juga mengingatkan bahwa peningkatan permintaan selama periode Nataru, ditambah dengan gelaran berbagai event MICE (meeting, incentive, convention, exhibition), diperkirakan akan mendorong konsumsi.

    Untuk menjaga stabilitas inflasi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan bersama Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan, Kabupaten PPU, dan Kabupaten Paser akan terus bersinergi dengan sejumlah langkah, seperti: pelaksanaan high level meeting TPID, penguatan Kerja Sama Antar Daerah (KAD), peningkatan efektivitas toko penyeimbang, gelar pangan murah, operasi pasar, serta Gerakan Tanam Cabai dan Hortikultura oleh Tim Penggerak PKK dan masyarakat.

    "Ke depannya, Bank Indonesia akan terus bersinergi dengan berbagai pihak melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) 2024 untuk menjaga inflasi daerah tetap berada dalam rentang target inflasi nasional, yaitu 2,5 persen ± 1 persen," pungkas Robi.