Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

MENJADI GURU YANG TAK TERGANTIKAN

BERITA TERKAIT

    Opini

    MENJADI GURU YANG TAK TERGANTIKAN

    PusaranMedia.com

    MENJADI GURU YANG TAK TERGANTIKAN

    Oleh: Dr. Wahdatun Nisa, M.A

    KEMAJUAN teknologi memberikan  dampak dalam  berbagai  aspek  kehidupan  manusia,  terutama  dalam  konteks  pendidikan. Salah satu inovasi teknologi yang muncul sebagai hasil dari perkembangan ini adalah kecerdasan buatan atau sering disebut dengan AI  (Artificial Intelligence).

    Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah teknik yang digunakan untuk meniru kecerdasan yang dimiliki oleh makhluk hidup maupun benda mati untuk menyelesaikan sebuah persoalan. AI memiliki kemampuan  untuk  mengeksekusi berbagai tugas yang  pada umumnya memerlukan kecerdasan manusia, seperti berbicara, mendengar, melihat, belajar, berpikir, dan menyelesaikan masalah. 

    Dalam bidang pendidikan. Kecerdasan buatan  memainkan peran penting dalam proses pembelajaran di sekolah dan perguruan  tinggi. Sekolah dapat memanfaatkan aplikasi dan media AI yang mampu otomatisasi tugas-tugas seperti memberikan umpan balik, memilih materi pembelajaran yang sesuai, serta menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan siswa.

    Hadirnya teknologi ini disisi lain menimbulkan kekhawatiran pada peran dan fungsi guru. Akankah keberadaan guru akan tergantikan oleh AI (Artificial Intelligence). Dalam coretan sederhana ini penulis menukil filosofi yang dikemukakan oleh  Kyai  Dr.  H. Syukri  Zarkasyi,  MA yaitu:

    “At-thariqah ahammu minal maddah, wal mudarris ahammu minat-thariqah, wa ruhul mudarris ahammu minal mudarris nafsihi”. 

    1. At-thariqah ahammu minal maddah (Metode pembelajaran jauh lebih penting dari materi pembelajaran).
    Konten atau materi dalam pembelajaran adalah penting karena essensinya adalah transfer of knowledge, namun materi saja tidak akan bermakna tanpa dihantarkan oleh metode yang sesuai. sebaik apapun materi jika disampaikan dengan cara yang tidak sesuai dengan keadaan siswa, tentu materi tidak akan tersampaikan dengan baik, sehingga metode dalam penyampaian itu sangat penting dimiliki oleh guru. 

    2. Wal mudarris ahammu minat-thariqah (Guru itu jauh lebih penting daripada metode pembelajaaran).
    Keberadaan dan kemampuan guru dalam memahami dan menerapkan metode itu jauh lebih penting daripada metode pembelajaran.  Karena pembelajaran juga sesungguhnya adalah proses interaksi dua arah guru  dan peserta didik. Guru adalah parenting bagi siswa. Guru yang cerdas dan kreatif akan menjadi motivator untuk peserta didiknya.  Interaksi guru yang dapat memahami masalah yang dihadapi peserta didiknya, dan menerapkan pendekatan-pendekatan interaktif akan  menjadi motor penggerak sebuah pembelajaran.  

    3. Wa ruhul mudarris ahammu minal mudarris nafsihi  (Jiwa seorang guru itu jauh lebih penting dari hanya sekedar guru itu sendiri). Keberadaan sosok guru adalah keniscayaan, namun harus dilandasi oleh jiwa dan spirit sebagai seorang guru sesungguhnya  itu jauh lebih penting dari hanya sekedar guru itu sendiri. Bahkan jiwa guru itu lebih penting dari hanya sekadar keduanya. Sebuah totalitas yang disampaikan dengan sepenuh hati akan mendapatkan penerimaan sepenuh hati pula, The Law of Attraction (hukum tarik-menarik).

    Segala sesuatu yang tidak terlihat oleh mata  terkadang besar sekali pengaruhnya dan bisa dirasakan oleh peserta didik, seperti halnya kasih sayang, cinta, dan perhatian yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya. Guru dengan niat tulus mengajar menjadi tumpuan utama dalam dunia Pendidikan. 

    Dari filosofi diatas maka eksistensi seorang guru tak akan pernah akan tergantikan oleh teknologi secanggih apapun, selama guru melaksanakan tugasnya dengan sepenuh jiwa dan cinta kepada ilmu dan peserta didiknya.

    “ Selamat Hari Guru 2024, GURU HEBAT, INDONESIA KUAT “