Oleh: Achmad Fadillah
SUASANA makan siang di Sate Tanjung Klandasan bersama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menjadi momen yang membawa kabar duka.
Ketika itu, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Balikpapan, Debi menyampaikan informasi kepada saya bahwa Kai Beni akan meminjam tempat untuk acara tahlilan dan pembacaan doa arwah Effendi Bahtiar.
Setibanya saya di Cafe Baca, tempat saya berencana untuk menikmati secangkir kopi, saya mendapatkan kabar mengejutkan dari Ahmad Yani, pemilik Harianjurnal.com.
"Dil, kami tahu Fendi kan? Dia meninggal tadi pagi di Sinjai," ucap Bang Yani, Jumat (3/1/2025).
Saya terkejut. Nama Effendi Bahtiar tidak asing dan tidak langsung mengenali sosok yang dimaksud. Ternyata, Om Fendi adalah teman yang baru saya kenal dan mulai akrab setahun belakangan.
Effendi Bahtiar atau lebih akrab disapa Om Fendi, adalah wartawan senior di Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Balikpapan sejak tahun 2004.
Menurut catatan Yani, Om Fendi merupakan salah satu pendiri Ikatan Wartawan Balikpapan (IWB) bersama beberapa rekannya seperti Junaidi, Iwan Rusdimansyah, Edi Yudhohandana, dan lainnya.
Selain aktif di dunia jurnalis, almarhum juga terlibat dalam berbagai organisasi sosial seperti KNPI dan KONI.
Almarhum dikenal sebagai sosok yang santun dan rendah hati, baik dengan teman sejawat maupun dalam pergaulan sosial. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang taat ibadah, menjaga salat dan memiliki ilmu agama yang cukup.
Kepada teman-temannya, Om Fendi selalu memberikan masukan yang bermanfaat dan senantiasa menghargai pendapat orang lain.
Malam itu, hujan turun deras. Saya yang memegang kunci Kantor PWI Balikpapan datang lebih awal. Pukul 20.00, beberapa wartawan dan kerabat mulai berdatangan.
Mereka berbicara tentang sosok almarhum, mengenang kenangan indah bersama Om Fendi dan beberapa di antara mereka tidak dapat menahan air mata.
Ada yang bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita almarhum, ada yang menyebutkan kemungkinan ginjal atau diabetes karena kondisi kaki almarhum yang pernah bengkak.
Namun, sebagian besar meyakini bahwa kematian Om Fendi adalah takdir yang sudah ditentukannya.
Acara tahlilan dimulai setelah lebih banyak tamu hadir. Tahlilan berlangsung di Kantor PWI Balikpapan yang bersebelahan dengan Cafe Baca.
Tahlilan dipimpin oleh Pengacara Heri Sunaryo, yang juga menjabat sebagai Dewan Penasehat AMSI Kaltim. Sebelum dimulai, Heri mengucapkan terima kasih kepada yang telah hadir dan meminta agar semua orang memaafkan kesalahan almarhum, baik yang disengaja maupun tidak.
Suasana tahlilan berjalan dengan penuh khidmat, dengan bacaan surat Yasin yang dipanjatkan bersama-sama.
Sebagai saksi, saya merasa kagum dengan kesungguhan mereka. Meskipun saya tidak begitu terlibat dalam kehidupan mereka, namun kehadiran mereka menunjukkan betapa dalamnya penghormatan dan rasa cinta mereka terhadap almarhum.
Ini bukan sekadar acara ritual, tetapi sebuah momen emosional yang mengingatkan kita semua akan makna hidup dan kematian.
Tahlilan ini mengandung pesan yang dalam, bahwa ketika seorang teman meninggal dunia, teman-teman yang ditinggalkan menggelar tahlilan sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Kegiatan ini bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga kesempatan bagi kita untuk merenung dan belajar dari kehidupan serta kematian. Ini adalah pengingat bahwa hidup kita di dunia ini tidak abadi dan kita harus mempersiapkan diri dengan amal baik.
Tahlilan atau pengajian juga memberi kesempatan bagi kita untuk berkumpul dan saling berbagi kebaikan. Dalam pertemuan seperti ini, kita bisa mempererat tali persahabatan, berbagi ilmu, dan saling mendoakan.
Ini adalah contoh bagaimana kita harus saling memberi manfaat satu sama lain, baik melalui doa maupun kehadiran kita.
Selain itu, acara ini mengingatkan kita tentang pentingnya berdoa untuk orang lain, terutama mereka yang telah meninggal. Doa kita untuk almarhum menjadi amal yang bermanfaat, tidak hanya bagi yang meninggal, tetapi juga bagi diri kita sendiri.
Tahlilan ini juga menjadi momen introspeksi bagi yang masih hidup untuk lebih memperbaiki diri, meningkatkan amal ibadah, dan lebih menghargai waktu yang ada.
Secara keseluruhan, tahlilan untuk Om Fendi adalah momen yang penuh makna, bukan hanya untuk mengenang almarhum, tetapi juga untuk mengingatkan kita tentang tujuan hidup yang hakiki—berbuat baik dan mencari ridho Tuhan.
Ini adalah pengingat bahwa setiap kehidupan pasti ada akhirnya, dan apa yang kita lakukan selama hidup akan menentukan perjalanan kita di akhirat nanti.
Selamat jalan, Om Fendi. Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.