Reporter : Ayu Norwahliyah | Editor : Buniyamin
SAMARINDA – Tugu Pesut Mahakam yang baru dibangun di kawasan Simpang Empat Mall Lembuswana, Kota Samarinda menuai beragam tanggapan dari masyarakat.
Banyak yang menganggap bentuk tugu tersebut tidak menyerupai Pesut Mahakam, fauna khas Sungai Mahakam.
Terlebih dana yang dikucurkan sebesar Rp1,1 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2024 untuk pembangunannya menjadi sorotan.
Wali Kota Samarinda, Andi Harun menjelaskan, desain Tugu Pesut Mahakam merupakan sebuah interpretasi seni yang menggambarkan ilustrasi pesut.
Menurutnya, karya seni selalu bergantung pada sudut pandang masing-masing orang dalam menilainya.
"Kami bisa memaklumi jika ini menjadi perbincangan publik, dan itu tidak apa-apa. Sama seperti seni abstrak lainnya, setiap orang memiliki pandangan yang berbeda,” kata Andi Harun.
Ia menyatakan pembangunan tugu ini adalah bagian dari program penataan Kota Samarinda, termasuk aspek tata kota.
"Di antara sepuluh program pemerintah kota sejauh ini, jika ada satu hal yang menjadi pro-kontra atau dianggap kurang, itu tetap kami terima,” jelasnya.
Kemudian, lanjut dia, berdasarkan sisi perencanaan, penempatan Tugu Pesut Mahakam telah melalui pertimbangan tata kota meskipun tidak ada alasan spesifik terkait lokasi tersebut.
"Seiring waktu, akan kami evaluasi. Kritikan ini adalah masukan yang berharga," imbuhnya.
Kepala Bidang (Kabid) Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda, Andriani Hanina menyatakan desain tugu tersebut memang dirancang sebagai siluet Pesut Mahakam.
"Menurut arsiteknya, desain tugu merupakan representasi siluet ikan pesut," kata Andriani.
Terlepas dari pro dan kontra yang ada, keberadaan Tugu Pesut Mahakam diharapkan menjadi simbol kebanggaan masyarakat Samarinda sekaligus mengingatkan pentingnya melestarikan fauna khas Sungai Mahakam.
"Kalau terkait peresmiannya, kami masih menunggu arahan," pungkasnya.