Reporter: Diansyah | Editor: Buniyamin
NUNUKAN – Peluang besar terbuka bagi Nunukan untuk mengekspor hasil budidaya rumput laut ke Korea Selatan melalui Tawau, Malaysia.
Tawaran ini muncul saat Ketua Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI) Kalimantan Utara (Kaltara), Didit Adiputra melakukan kunjungan kerja dan penjajakan kerja sama perikanan, khususnya di sektor rumput laut.
Menurut Didit, Malaysia membuka pintu untuk mempermudah pengiriman rumput laut dari Indonesia melalui Tawau. Pengiriman dari Tawau ke Korea Selatan dinilai lebih efisien dibandingkan pengiriman langsung dari Indonesia.
“Kalau dikirim dari Tawau, hanya butuh waktu dua minggu. Sedangkan kalau dikirim dari Surabaya atau Makassar, butuh waktu hingga empat minggu. Dengan waktu pengiriman yang lebih singkat, biaya logistik juga bisa lebih rendah,” ujar Didit kepada awak media.
Melihat peluang tersebut, pihaknya tengah mendalami regulasi terkait skema pengiriman rumput laut ke Tawau, terutama menggunakan kapal yang biasanya mengangkut rumput laut dari Nunukan ke Surabaya dan Makassar.
“Meski belum ada MoU resmi, peluang ini sangat strategis dan sedang kami pelajari. Jika regulasi memungkinkan, langkah ini bisa mendukung ekspor rumput laut Indonesia,” tambahnya.
Selain membahas peluang ekspor, Didit juga mengungkapkan bahwa Pemerintah Malaysia, khususnya wilayah Semporna, Sabah karena ingin menghidupkan kembali sektor budidaya rumput laut yang sedang menurun.
Penurunan ini disebabkan oleh hama seperti penyu dan ikan baronang yang merusak tanaman rumput laut. “Produksi rumput laut fresh di Semporna Sabah menurun drastis, sehingga banyak pabrik tutup. Kami ditawari untuk menjadi konsultan pengembangan budidaya rumput laut melalui MPHPI Kaltara,” ungkap Didit.
Didit menyebut rencana pengembangan produk turunan rumput laut, seperti plastik ramah lingkungan berbahan dasar rumput laut. "Plastik ini nantinya akan diproduksi di Tarakan, kemudian dipasarkan ke Malaysia," tambahnya.
Dalam kunjungannya, Didit juga bertemu dengan pejabat perikanan Putrajaya serta pakar rumput laut dari University Malaya (UM).
Diskusi mencakup berbagai isu kelautan dan perikanan, termasuk peluang kerja sama budidaya rumput laut di Semporna dan potensi ekspor bahan baku serta produk turunan rumput laut ke Malaysia.
"Peluang ekspor ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing rumput laut Indonesia di Pasar Internasional sekaligus memperkuat hubungan bilateral di sektor perikanan antara Indonesia dan Malaysia," pungkasnya.