Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Bambang Irawan
BALIKPAPAN - Landmark Kapal Pinisi di akses masuk Stadion Batakan menuai perhatian publik. Banyak pihak mempertanyakan ikon tersebut karena lebih identik dengan Sulawesi Selatan (Sulsel) dibandingkan dengan karakter khas Kota Balikpapan.
Plt Kepala Dinas Pertanahan dan Penataan Ruang (DPPR) Balikpapan, Muhammad Farid Rizal menepis anggapan tersebut.
"Kalau Kapal Pinisi di Stadion Batakan, itu bagian dari ikon kecamatan. Setiap kecamatan punya landmark. Di Balikpapan Timur, ada kampung nelayan, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan sebagian besar wilayahnya adalah pantai," kata Farid, Kamis (16/1/2025).
Ia menjelaskan simbol kapal dipilih untuk mewakili identitas kawasan Balikpapan Timur.
"Selain itu, lambang Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan sendiri memiliki gambar layar dan perahu. Jadi, desain landmark ini juga mengadopsi elemen dari lambang tersebut," ungkapnya.
Farid juga menyoroti kaitan antara desain tersebut dengan logo klub sepak bola Persiba Balikpapan, yang turut menampilkan layar dan perahu sebagai elemen utamanya.
Terkait genangan air di sekitar landmark yang tampak menyerupai kapal yang siap berlayar, ia menyebut hal itu hanya kebetulan.
"Masalah genangan air sebenarnya menjadi tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum (PU). Sebelum landmark ada, daerah itu memang sudah sering tergenang. Ke depan, genangan air ini akan menjadi evaluasi. Dengan atau tanpa landmark, banjir harus tetap diatasi," jelasnya.
Farid menegaskan kehadiran landmark bukan alasan untuk mengabaikan penanganan banjir.
"Landmark tersebut tidak akan menghalangi upaya penanganan banjir. Sebaliknya, kehadirannya menjadi pengingat pentingnya infrastruktur yang baik di sekitar area publik," tegasnya.