Reporter: Ayu Norwahliyah | Editor: Bambang Irawan
SAMARINDA – Bubur Peca, hidangan legendaris khas Samarinda Seberang, kini tengah diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Samarinda.
Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Disdikbud Kota Samarinda, Barlin Hady Kesuma menyatakan proses pengusulan WBTB membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Sejak tahun lalu, berbagai upaya telah dilakukan, mulai dari workshop, penerbitan buku, hingga pembuatan video dokumentasi untuk melengkapi persyaratan yang diajukan ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim).
“Tahun lalu juga sudah kami buatkan videonya agar bisa dimasukkan dalam database Pemprov Kaltim,” ungkap Barlin.
Bubur Peca sudah menjadi bagian dari tradisi religi dan budaya masyarakat Samarinda Seberang.
Salah satu pengaruh besarnya datang dari Masjid Shiratal Mustaqiem, di mana hidangan ini pertama kali dipopulerkan pada tahun 1960-an hingga 1970-an oleh Salma, pemilik resep generasi pertama.
Kini, tradisi memasak bubur ini dilanjutkan oleh cucunya, Mardiana bersama warga sekitar masjid.
Hidangan berbahan dasar beras, santan kelapa, dan ayam suwir ini kerap dilengkapi dengan lauk seperti ikan tongkol, telur, atau udang.
Dalam bahasa Bugis, “peca” berarti lembek, merujuk pada tekstur nasi yang lembut.
Tak sekadar makanan, bubur peca juga memiliki nilai simbolis yang menyatukan masyarakat.
Bubur peca diperkenalkan sebagai hidangan untuk berbuka puasa selama bulan ramadan di Masjid Shiratal Mustaqiem oleh Salehuddin Pemma, Pengurus Masjid Shiratal Mustaqiem.
Bahkan, makanan ini tidak pernah diperjualbelikan, melainkan hanya disajikan secara gratis dalam kegiatan masjid, menjadikannya simbol identitas budaya Samarinda yang sarat makna.
Momentum Hari Ulang Tahun (HUT) ke-357 Kota Samarinda dan HUT ke-65 Pemkot Samarinda pun menjadi ajang mengenalkan kembali tradisi bubur peca kepada masyarakat luas.
Pada ziarah ke makam La Mohang Daeng Mangkona di Samarinda Seberang, Jumat (24/1/2025) kali ini, sajian bubur peca turut dihidangkan untuk menyambut rombongan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda.
“Kami berencana mengadakan workshop yang melibatkan para chef hotel agar bubur peca dapat dikenalkan kepada tamu yang datang ke Samarinda,” ujarnya.
Langkah ini diharapkan dapat melestarikan bubur peca sebagai simbol keberagaman tradisi dan identitas budaya Samarinda, sekaligus membawa warisan ini menuju pengakuan nasional sebagai WBTB.
"Bubur peca ini sangat layak dipatenkan sebagai WBTB karena proses penyajian hingga rasanya yang otentik tidak pernah berubah," pungkasnya.