Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Atasi Kebutuhan Air Bersih yang Terus Meningkat, Perumda Tirta Manuntung Balikpapan Upayakan Enam Program Utama

Air bersih masih mengalir hingga kini, Kamis (30/1/2025). (Foto: Achmad Fadillah/Pusaranmedia.com)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Atasi Kebutuhan Air Bersih yang Terus Meningkat, Perumda Tirta Manuntung Balikpapan Upayakan Enam Program Utama

    PusaranMedia.com

    Air bersih masih mengalir hingga kini, Kamis (30/1/2025). (Foto: Achmad Fadillah/Pusaranmedia.com)

    Atasi Kebutuhan Air Bersih yang Terus Meningkat, Perumda Tirta Manuntung Balikpapan Upayakan Enam Program Utama

    Air bersih masih mengalir hingga kini, Kamis (30/1/2025). (Foto: Achmad Fadillah/Pusaranmedia.com)

    Reporter: Achmad Fadillah | Editor: Bambang Irawan  

    BALIKPAPAN - Sebanyak 116.000 pelanggan Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PTMB) saat ini terlayani distribusi air bersih. 

    Kelancaran pasokan ini didukung oleh curah hujan yang tinggi hingga membuat Waduk Manggar dan Waduk Teritip berada dalam kondisi penuh.  

    "Alhamdulillah, saat ini seluruh pelanggan terlayani," ucap Dewan Pengawas PTMB, Adhi Supriadi, Kamis (30/1/2025).  

    Selain faktor cuaca, kelancaran distribusi juga didukung oleh rehabilitasi jaringan pipa secara ringan. Namun, tantangan penyediaan air baku jangka panjang masih menjadi perhatian utama PTMB dan Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan.  

    Untuk mengantisipasi kebutuhan air bersih yang terus meningkat, PTMB dan Pemkot Balikpapan tengah mengupayakan enam program utama:

    1. SPAM Waduk Embung Aji Raden – Kapasitas 150 liter per detik.  
    2. SPAM Bendungan Sepaku Semoi – Kapasitas 300 liter per detik.  
    3. Pemanfaatan air baku dari Sungai Mahakam.
    4. Pemanfaatan sumur milik PT Kaltim Karingau Terminal (KKT).  
    5. Desalinasi air laut. 
    6. Pengembangan sumur dalam di Kota Balikpapan. 

    Namun, dua dari enam opsi ini telah menghadapi kendala. DPRD Balikpapan telah membatalkan rencana pemanfaatan sumur milik PT KKT karena debit air yang terlalu kecil. Sementara itu, desalinasi air laut dianggap terlalu mahal dalam hal investasi dan operasional.  

    Salah satu solusi yang kini diprioritaskan adalah pemanfaatan air baku dari Bendungan Sepaku Semoi di Ibu Kota Nusantara (IKN). Balikpapan berpotensi mendapatkan suplai hingga 1.000 liter per detik dari bendungan ini.  

    "Saat ini masih dalam tahap analisis kelayakan, bekerja sama dengan Kementerian PUPR dan Pemprov Kaltim," kata Adhi.  

    Ia menegaskan bahwa penyediaan air baku bukan hanya tanggung jawab PDAM atau Pemkot, tetapi juga melibatkan pemerintah pusat dan provinsi.  

    "Balikpapan tidak memiliki sumber air baku alami, hanya mengandalkan waduk tadah hujan. Oleh karena itu, kerja sama lintas instansi sangat diperlukan," jelasnya.  

    Saat ini, PTMB mendistribusikan air bersih dari delapan Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang bersumber dari Waduk Manggar dan Teritip:  

    - Waduk Manggar – Kapasitas 1.100 liter per detik.  
    - Waduk Teritip – Kapasitas 200 liter per detik.  
    - Tambahan pasokan dari sumur dalam di Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Gunung Sari, IPA Zamp, IPA Prapatan, dan IPA Kampung Baru.  

    Dengan kapasitas tersebut, PTMB mampu melayani 116.000 pelanggan, tetapi belum mencakup seluruh masyarakat, terutama penduduk pendatang.  

    "Balikpapan adalah kota transit. Berdasarkan KTP, jumlah penduduk sekitar 730 ribu jiwa, tetapi dengan pekerja IKN dan pendatang, estimasi total mencapai 900 ribu jiwa. Dengan angka ini, kita masih kekurangan air baku," ungkapnya.  

    Adhi juga menyebutkan bahwa tidak ada tambahan sumur dalam, karena izin pengeborannya kini berada di bawah kewenangan Kementerian ESDM.  

    "Regulasi sumur dalam saat ini ditangani oleh pemerintah pusat, dan untuk daerah yang memiliki sumber air permukaan, izin pengeboran sumur dalam memang tidak diberikan," jelasnya.   

    Terkait opsi desalinasi air laut, Adhi mengungkapkan bahwa beberapa kajian telah dilakukan, termasuk studi ke daerah yang sudah menerapkan teknologi ini.  

    "Sebagai perbandingan, di Kepulauan Seribu, tarif air hasil desalinasi mencapai Rp33 ribu per kubik. Biaya ini terlalu tinggi untuk diterapkan di Balikpapan," katanya.  

    Namun, ia menegaskan bahwa program ini belum dibatalkan sepenuhnya.  

    "Bukan batal, tetapi kami masih mencari teknologi desalinasi yang lebih efisien dan terjangkau. Jika suatu saat ada teknologi yang lebih murah dari sisi investasi dan operasional, tentu akan kami pertimbangkan kembali," imbuhnya.