Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Elpiji 3 Kg Langka, Warga Tenggarong Ini Pilih Memasak Pakai Tungku Tanah Liat 

IRT Ardaniah (60) saat memasak air menggunakan kompor anglo. (Foto: Lodya/pusaranmedia.com)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Elpiji 3 Kg Langka, Warga Tenggarong Ini Pilih Memasak Pakai Tungku Tanah Liat 

    PusaranMedia.com

    IRT Ardaniah (60) saat memasak air menggunakan kompor anglo. (Foto: Lodya/pusaranmedia.com)

    Elpiji 3 Kg Langka, Warga Tenggarong Ini Pilih Memasak Pakai Tungku Tanah Liat 

    IRT Ardaniah (60) saat memasak air menggunakan kompor anglo. (Foto: Lodya/pusaranmedia.com)

    Reporter: Lodya Astagina | Editor: Bambang Irawan 

    TENGGARONG – Elpiji 3 Kg yang langka dan mahal meresahkan masyarakat, tak terkecuali Kukar dan sekitarnya. Tapi persoalan ini tak berlaku bagi Ibu Rumah Tangga (IRT) di Kecamatan Tenggarong, Ardaniah (60). 

    Perempuan paruh baya ini memang sempat bersungut karena kesulitan mendapatkan tabung melon tersebut. Biasanya Ardaniah meminta anaknya untuk membeli elpiji 3 Kg di pangkalan atau warung eceran. Tapi harga yang didapati membuah Ardaniah tak habis pikir, karena tembus hingga Rp50 ribu. 

    "Kalau di pangkalan Rp19 ribu, tapi sering kehabisan. Jadi cari di eceran, cuma harganya mahal. Keliling anak saya cari tabung," akui Ardaniah, Rabu (5/2/2025). 

    Ardaniah dan suami juga merupakan pelaku UMKM yang setiap harinya berdagang di depan rumahnya. Ia berjualan gorengan dan es. Utamanya tabung melon itu digunakannya untuk berjualan di warung. Biasanya satu tabung subsidi bisa dipertahankan hingga tiga hari, karena harus berulang kali menggoreng. 

    Mengantisipasi kelangkaan ini, Ardaniah memanfaatkan anglo atau tungku kayu tanah liat untuk memasak di dapur rumahnya. Kompor tradisional itu dipilihnya sebagai alternatif saat tabung melon sulit diperoleh. 

    "Ini cara supaya lebih irit juga. Biasa saya pakai sehari-hari untuk masak nasi, lauk pauk dan air," tuturnya. 

    Ardaniah yang tinggal di Jalan Muso Bin Salim bersama suami dan satu anak perempuannya itu mengaku tak memiliki pilihan lain selain memanfaatkan anglo. Tapi hal itu juga tak memberatkan dirinya. Dia merasa kembali ke masa tempo dulu, nostalgia memasak dengan alat jadul sebelum adanya kompor gas dan menghasilkan rasa masakan yang klasik. 

    "Kebetulan suami saya juga berjualan makanan, mau tidak mau tabung 3 Kg kita fokuskan untuk jualan saja dan di rumah saya memasak pake kompor kayu saja," sebutnya.

    Kini Ardaniah pun tengah menunggu kepastian pemerintah soal kebijakan yang masih simpang siur. Menurutnya masyarakat perlu mendapatkan jawaban pasti atas informasi soal larangan penjualan tabung melon di warung eceran. 

    "Sebenarnya seperti ini mau tidak mau, jadi harapannya pemerintah bisa cepat carikan solusi karena mau bulan puasa juga," harapnya.