Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan
logo

Luas Lahan Padi Gunung di Kutim Menyusut, Sawit Jadi Biang Kerok

Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPHP Kutim, Dessy Wahyu Fitrisia. (Foto: Siswandi/Pusaranmedia.com)

Reporter: Siswandi | Editor: Bunyamin 

SANGATTA – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mengalami penurunan drastis dalam luas tanam padi gunung akibat alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit.

Data Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Kutim menunjukkan dalam lima tahun terakhir, luas lahan padi gunung susut hingga 60 persen, dari 10.000 Hektare (Ha) menjadi 4.000 Ha di 2025 ini.  

Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPHP Kutim, Dessy Wahyu Fitrisia menjelaskan, pola tanam padi gunung di Kutim menggunakan sistem perladangan berpindah yang mempercepat konversi lahan pertanian.  

“Padi gunung di sini tidak seperti di Jawa. Di sini petani buka lahan, tanam dan panen, lalu lahannya sering kali langsung dialihkan untuk kebun kelapa sawit,” ungkap Dessy.

Pola tanam berpindah ini bukan hanya menyusutkan luas lahan, tetapi juga mengancam produksi pangan lokal.

Untuk meredam krisis ini, pemerintah pusat mencanangkan program penanaman padi gogo sebagai solusi peningkatan produksi pangan.  

Dalam program tersebut, Kutim mengusulkan sekitar 400 Ha lahan untuk direvitalisasi. “Kami juga berupaya menggandeng perusahaan agar menanam padi gogo di lahan perkebunan mereka,” tambah Dessy.

Namu hingga kini belum jelas berapa perusahaan yang bersedia berpartisipasi. Program ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat, termasuk bantuan benih dan pupuk melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

Selain itu, pemerintah juga menyiapkan skema Lahan Pangan Berkelanjutan (LP2B) untuk menjaga agar lahan pertanian tidak terus tergerus.  

“LP2B menjadi target utama pemerintah daerah dalam menjaga lahan pertanian agar tidak dialihfungsikan,” tegas Dessy.

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Luas Lahan Padi Gunung di Kutim Menyusut, Sawit Jadi Biang Kerok

    PusaranMedia.com

    Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPHP Kutim, Dessy Wahyu Fitrisia. (Foto: Siswandi/Pusaranmedia.com)

    Reporter: Siswandi | Editor: Bunyamin 

    SANGATTA – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mengalami penurunan drastis dalam luas tanam padi gunung akibat alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit.

    Data Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Kutim menunjukkan dalam lima tahun terakhir, luas lahan padi gunung susut hingga 60 persen, dari 10.000 Hektare (Ha) menjadi 4.000 Ha di 2025 ini.  

    Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPHP Kutim, Dessy Wahyu Fitrisia menjelaskan, pola tanam padi gunung di Kutim menggunakan sistem perladangan berpindah yang mempercepat konversi lahan pertanian.  

    “Padi gunung di sini tidak seperti di Jawa. Di sini petani buka lahan, tanam dan panen, lalu lahannya sering kali langsung dialihkan untuk kebun kelapa sawit,” ungkap Dessy.

    Pola tanam berpindah ini bukan hanya menyusutkan luas lahan, tetapi juga mengancam produksi pangan lokal.

    Untuk meredam krisis ini, pemerintah pusat mencanangkan program penanaman padi gogo sebagai solusi peningkatan produksi pangan.  

    Dalam program tersebut, Kutim mengusulkan sekitar 400 Ha lahan untuk direvitalisasi. “Kami juga berupaya menggandeng perusahaan agar menanam padi gogo di lahan perkebunan mereka,” tambah Dessy.

    Namu hingga kini belum jelas berapa perusahaan yang bersedia berpartisipasi. Program ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat, termasuk bantuan benih dan pupuk melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

    Selain itu, pemerintah juga menyiapkan skema Lahan Pangan Berkelanjutan (LP2B) untuk menjaga agar lahan pertanian tidak terus tergerus.  

    “LP2B menjadi target utama pemerintah daerah dalam menjaga lahan pertanian agar tidak dialihfungsikan,” tegas Dessy.

    Luas Lahan Padi Gunung di Kutim Menyusut, Sawit Jadi Biang Kerok

    Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPHP Kutim, Dessy Wahyu Fitrisia. (Foto: Siswandi/Pusaranmedia.com)

    Reporter: Siswandi | Editor: Bunyamin 

    SANGATTA – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mengalami penurunan drastis dalam luas tanam padi gunung akibat alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit.

    Data Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Kutim menunjukkan dalam lima tahun terakhir, luas lahan padi gunung susut hingga 60 persen, dari 10.000 Hektare (Ha) menjadi 4.000 Ha di 2025 ini.  

    Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPHP Kutim, Dessy Wahyu Fitrisia menjelaskan, pola tanam padi gunung di Kutim menggunakan sistem perladangan berpindah yang mempercepat konversi lahan pertanian.  

    “Padi gunung di sini tidak seperti di Jawa. Di sini petani buka lahan, tanam dan panen, lalu lahannya sering kali langsung dialihkan untuk kebun kelapa sawit,” ungkap Dessy.

    Pola tanam berpindah ini bukan hanya menyusutkan luas lahan, tetapi juga mengancam produksi pangan lokal.

    Untuk meredam krisis ini, pemerintah pusat mencanangkan program penanaman padi gogo sebagai solusi peningkatan produksi pangan.  

    Dalam program tersebut, Kutim mengusulkan sekitar 400 Ha lahan untuk direvitalisasi. “Kami juga berupaya menggandeng perusahaan agar menanam padi gogo di lahan perkebunan mereka,” tambah Dessy.

    Namu hingga kini belum jelas berapa perusahaan yang bersedia berpartisipasi. Program ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat, termasuk bantuan benih dan pupuk melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

    Selain itu, pemerintah juga menyiapkan skema Lahan Pangan Berkelanjutan (LP2B) untuk menjaga agar lahan pertanian tidak terus tergerus.  

    “LP2B menjadi target utama pemerintah daerah dalam menjaga lahan pertanian agar tidak dialihfungsikan,” tegas Dessy.