Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan

Festival Kopi Borneo di Tenggarong, Ajang Barista Terbaik Unjuk Kepiawaian Meracik Kopi

Flayer Kartanegara coffee event. (Foto: Dok.Yudha)

BERITA TERKAIT

    Kalimantan Timur

    Festival Kopi Borneo di Tenggarong, Ajang Barista Terbaik Unjuk Kepiawaian Meracik Kopi

    PusaranMedia.com

    Flayer Kartanegara coffee event. (Foto: Dok.Yudha)

    Festival Kopi Borneo di Tenggarong, Ajang Barista Terbaik Unjuk Kepiawaian Meracik Kopi

    Flayer Kartanegara coffee event. (Foto: Dok.Yudha)

    Reporter: Aswin | Editor: Bambang Irawan

    TENGGARONG - Festival Kopi Borneo akan digelar pada 24-27 April 2025 di Pendopo Bupati Kutai Kartanegara. Ajang ini menjadi panggung pertemuan antara para peracik kopi, seniman, dan pencinta budaya.

    Festival ini lebih dari sekadar kompetisi menyeduh kopi. Ia adalah ruang dialog antara teknik dan rasa, antara biji kopi dan perjalanan waktu. 

    Para barista terbaik se-Borneo akan unjuk kepiawaian dalam brewers competition, sementara sesi cup tester membuka kesempatan bagi para penikmat kopi untuk menyelami karakter rasa yang lahir dari tanah Kalimantan. 

    Workshop interaktif menghadirkan pengalaman langsung memahami seni menyeduh, dari teknik manual hingga eksplorasi cita rasa.

    Namun, kopi bukan sekadar soal rasa, ia adalah budaya yang hidup. Hulu hilir industri kopi sebagai komite di Festival ini juga menghadirkan pertunjukan seni dari musik hingga monolog, yang merayakan bagaimana kopi telah menjadi bagian dari peradaban. 

    Dalam tiap denting nada dan bait dialog, tersirat jejak kopi yang bukan hanya tumbuh dari tanah, tetapi juga dari perjumpaan manusia dengan sejarahnya.

    Di tengah riuh rendah industri kopi nasional, satu varietas yang jarang disebut mulai menunjukkan wajahnya kembali,  kopi Liberika. Jika kopi Arabika bercerita tentang dataran tinggi dan keseimbangan rasa, dan Robusta menandai ketahanan dan intensitas, maka Liberika adalah kisah keteguhan di tanah rendah.

    Ketua Northside Yudha, komplotan pegiat kopi Kutai Kartanegara, menyebut kopi Liberika adalah harta yang belum sepenuhnya digali.

    "Di Kalimantan, tanah berbicara dalam bahasa yang berbeda. Kopi Liberika memahami itu. Ia tumbuh di dataran rendah, melawan arus dominasi Arabika dan Robusta, namun menyimpan keunikan yang belum banyak dikenal," ujarnya. Rabu (16/4/2025).

    Sejarah mencatat, jejak kopi di Kalimantan telah ada sejak 1962 di Linggang Melapeh, dibawa oleh transmigran dari Jawa. Pada 1977, kopi Liberika mulai berkembang di Kecamatan Sepaku melalui para perantau dari Pacitan. 

    Sejak saat itu, Liberika pelan tapi pasti berakar di berbagai wilayah Kalimantan Timur dari Kutai Kartanegara hingga Berau.

    Dunia kopi sedang bergerak menuju keberagaman. Ketika industri mulai jenuh dengan dominasi dua varietas besar, kopi Liberika dari Kalimantan Timur bisa menjadi babak baru dalam peta perkopian global. Ketahanannya terhadap perubahan iklim dan keunikannya dalam profil rasa menjadikannya pilihan yang layak untuk dikembangkan lebih lanjut.

    Festival Kopi Borneo bukan hanya ajang perayaan, tetapi sebuah upaya menegaskan bahwa Kalimantan Timur bukan sekadar penonton dalam skena kopi Indonesia. Dengan pendekatan yang tepat, baik dari sisi budidaya, distribusi, maupun promosi budaya, Liberika dari tanah Borneo bukan tidak mungkin akan menjadi identitas baru, sebuah kisah yang tidak hanya diseduh, tetapi juga diceritakan dari generasi ke generasi.