Logo
Pusaran Dewan Pers
Iklan
logo

Bulog Berau Dorong Peningkatan Kualitas Beras Lokal Lewat Bibit Unggul

Kualitas Beras Bulog. (Foto: Dok.Pusaranmedia.com)

Reporter: Nur Hidayah | Editor: Bambang Irawan

TANJUNG REDEB – Menyikapi keluhan konsumen mengenai mutu beras lokal yang dinilai masih belum optimal, Kepala Perum Bulog Kabupaten Berau, Lucky Ali Akbar, menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan kualitas beras lokal agar mampu bersaing di pasar, baik dari segi tampilan maupun harga.

Salah satu langkah konkret yang telah dilakukan adalah penggunaan bibit unggul yang mulai diterapkan oleh sebagian petani di Berau. 

Menurut Lucky, perubahan jenis bibit ini memberikan dampak signifikan terhadap kualitas hasil panen.

“Kalau dulu butir patah bisa sampai 30-40 persen, sekarang sudah turun ke kisaran 20 persen. Secara visual pun tampilannya lebih baik,” jelasnya, Jumat (18/4/2025).

Namun, Lucky mengakui penggunaan bibit unggul ini belum merata di seluruh wilayah. Oleh karena itu, Bulog terus mendorong para petani untuk mengikuti musim tanam berikutnya dengan bibit berkualitas demi menjaga konsistensi mutu dan daya saing di pasar.

Selain perbaikan dari sisi budidaya, Lucky juga mengimbau pentingnya peningkatan teknologi pasca panen. Saat ini, proses penggilingan padi di Berau masih menggunakan metode sederhana, yang menyebabkan tingkat patah beras tinggi karena langsung digiling dari gabah tanpa proses penyosohan yang memadai.

“Kalau ingin bersaing di pasar dan meningkatkan nilai jual, ya harus masuk ke arah industrialisasi. Mulai dari mesin panen, mesin pengering (dryer), sampai mesin poles beras harus ditingkatkan,” ujarnya.

Lucky juga menyoroti pentingnya keseimbangan antara kapasitas mesin dengan potensi produksi.

Ia mencontohkan, jika mesin penggilingan hanya berkapasitas 10 ton per hari, sementara potensi panen bisa mencapai 1.500 ton, maka akan terjadi ketimpangan yang membuat sebagian petani tidak bisa menikmati fasilitas tersebut.

Sebagai solusi jangka panjang, ia mendorong para petani dan pelaku usaha tani di Berau untuk mulai membuka diri dan mencontoh sistem pertanian di wilayah lain seperti Sulawesi Selatan dan Jawa, yang sudah menerapkan mekanisasi secara menyeluruh.

“Di sana, satu penggilingan bisa punya kapasitas sampai 200–300 ton per hari, dan itu hal yang biasa. Semakin besar kapasitas, biaya juga semakin rendah. Ini yang harus menjadi target kita bersama di Berau,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

    Mikro

    Bulog Berau Dorong Peningkatan Kualitas Beras Lokal Lewat Bibit Unggul

    PusaranMedia.com

    Kualitas Beras Bulog. (Foto: Dok.Pusaranmedia.com)

    Reporter: Nur Hidayah | Editor: Bambang Irawan

    TANJUNG REDEB – Menyikapi keluhan konsumen mengenai mutu beras lokal yang dinilai masih belum optimal, Kepala Perum Bulog Kabupaten Berau, Lucky Ali Akbar, menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan kualitas beras lokal agar mampu bersaing di pasar, baik dari segi tampilan maupun harga.

    Salah satu langkah konkret yang telah dilakukan adalah penggunaan bibit unggul yang mulai diterapkan oleh sebagian petani di Berau. 

    Menurut Lucky, perubahan jenis bibit ini memberikan dampak signifikan terhadap kualitas hasil panen.

    “Kalau dulu butir patah bisa sampai 30-40 persen, sekarang sudah turun ke kisaran 20 persen. Secara visual pun tampilannya lebih baik,” jelasnya, Jumat (18/4/2025).

    Namun, Lucky mengakui penggunaan bibit unggul ini belum merata di seluruh wilayah. Oleh karena itu, Bulog terus mendorong para petani untuk mengikuti musim tanam berikutnya dengan bibit berkualitas demi menjaga konsistensi mutu dan daya saing di pasar.

    Selain perbaikan dari sisi budidaya, Lucky juga mengimbau pentingnya peningkatan teknologi pasca panen. Saat ini, proses penggilingan padi di Berau masih menggunakan metode sederhana, yang menyebabkan tingkat patah beras tinggi karena langsung digiling dari gabah tanpa proses penyosohan yang memadai.

    “Kalau ingin bersaing di pasar dan meningkatkan nilai jual, ya harus masuk ke arah industrialisasi. Mulai dari mesin panen, mesin pengering (dryer), sampai mesin poles beras harus ditingkatkan,” ujarnya.

    Lucky juga menyoroti pentingnya keseimbangan antara kapasitas mesin dengan potensi produksi.

    Ia mencontohkan, jika mesin penggilingan hanya berkapasitas 10 ton per hari, sementara potensi panen bisa mencapai 1.500 ton, maka akan terjadi ketimpangan yang membuat sebagian petani tidak bisa menikmati fasilitas tersebut.

    Sebagai solusi jangka panjang, ia mendorong para petani dan pelaku usaha tani di Berau untuk mulai membuka diri dan mencontoh sistem pertanian di wilayah lain seperti Sulawesi Selatan dan Jawa, yang sudah menerapkan mekanisasi secara menyeluruh.

    “Di sana, satu penggilingan bisa punya kapasitas sampai 200–300 ton per hari, dan itu hal yang biasa. Semakin besar kapasitas, biaya juga semakin rendah. Ini yang harus menjadi target kita bersama di Berau,” pungkasnya.

    Bulog Berau Dorong Peningkatan Kualitas Beras Lokal Lewat Bibit Unggul

    Kualitas Beras Bulog. (Foto: Dok.Pusaranmedia.com)

    Reporter: Nur Hidayah | Editor: Bambang Irawan

    TANJUNG REDEB – Menyikapi keluhan konsumen mengenai mutu beras lokal yang dinilai masih belum optimal, Kepala Perum Bulog Kabupaten Berau, Lucky Ali Akbar, menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan kualitas beras lokal agar mampu bersaing di pasar, baik dari segi tampilan maupun harga.

    Salah satu langkah konkret yang telah dilakukan adalah penggunaan bibit unggul yang mulai diterapkan oleh sebagian petani di Berau. 

    Menurut Lucky, perubahan jenis bibit ini memberikan dampak signifikan terhadap kualitas hasil panen.

    “Kalau dulu butir patah bisa sampai 30-40 persen, sekarang sudah turun ke kisaran 20 persen. Secara visual pun tampilannya lebih baik,” jelasnya, Jumat (18/4/2025).

    Namun, Lucky mengakui penggunaan bibit unggul ini belum merata di seluruh wilayah. Oleh karena itu, Bulog terus mendorong para petani untuk mengikuti musim tanam berikutnya dengan bibit berkualitas demi menjaga konsistensi mutu dan daya saing di pasar.

    Selain perbaikan dari sisi budidaya, Lucky juga mengimbau pentingnya peningkatan teknologi pasca panen. Saat ini, proses penggilingan padi di Berau masih menggunakan metode sederhana, yang menyebabkan tingkat patah beras tinggi karena langsung digiling dari gabah tanpa proses penyosohan yang memadai.

    “Kalau ingin bersaing di pasar dan meningkatkan nilai jual, ya harus masuk ke arah industrialisasi. Mulai dari mesin panen, mesin pengering (dryer), sampai mesin poles beras harus ditingkatkan,” ujarnya.

    Lucky juga menyoroti pentingnya keseimbangan antara kapasitas mesin dengan potensi produksi.

    Ia mencontohkan, jika mesin penggilingan hanya berkapasitas 10 ton per hari, sementara potensi panen bisa mencapai 1.500 ton, maka akan terjadi ketimpangan yang membuat sebagian petani tidak bisa menikmati fasilitas tersebut.

    Sebagai solusi jangka panjang, ia mendorong para petani dan pelaku usaha tani di Berau untuk mulai membuka diri dan mencontoh sistem pertanian di wilayah lain seperti Sulawesi Selatan dan Jawa, yang sudah menerapkan mekanisasi secara menyeluruh.

    “Di sana, satu penggilingan bisa punya kapasitas sampai 200–300 ton per hari, dan itu hal yang biasa. Semakin besar kapasitas, biaya juga semakin rendah. Ini yang harus menjadi target kita bersama di Berau,” pungkasnya.