Reporter: Ayu Norwahliyah | Editor: Bambang Irawan
SAMARINDA – Mengisi akhir pekan tak selalu harus ke pusat perbelanjaan atau destinasi alam terbuka.
Di Kota Samarinda, ada satu tempat yang menawarkan pengalaman berbeda, yakni berwisata sambil menyelami kearifan budaya khas Kalimantan Timur.
Adalah Kampung Wisata Tenun Samarinda, yang terletak di Jalan Panglima Bendahara, kawasan Samarinda Seberang. Lokasinya tak jauh dari pusat kota, hanya butuh waktu beberapa menit perjalanan untuk sampai ke sana.
Setibanya di kampung ini, suasana khas langsung terasa. Di sepanjang jalan, pengunjung akan disambut pemandangan menarik, deretan ibu-ibu pengrajin yang tengah asyik menenun menggunakan alat tradisional yang disebut Gedokan atau Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Dengan penuh ketelatenan, mereka mengubah benang-benang berwarna menjadi sarung Samarinda yang elegan dan penuh makna.
Tak hanya bisa melihat prosesnya, pengunjung juga diberi kesempatan untuk mencoba menenun langsung.
Para pengrajin tak segan membimbing siapa pun yang ingin belajar. Suasana hangat dan interaksi ramah membuat pengalaman ini terasa lebih dari sekadar liburan biasa.
Salah satu sosok pengrajin yang konsisten menjaga tradisi adalah Vera Eka Wati, pemilik Rumah Tenun Rahma Dina.
Sejak kecil ia sudah akrab dengan dunia tenun, belajar langsung dari almarhum ibunya. Kini, sudah delapan tahun ia menekuni usaha ini secara mandiri, sekaligus memproduksi kerajinan manik-manik khas Samarinda.
“Kalau motifnya sederhana bisa selesai dua hari. Tapi kalau yang lebih rumit bisa sampai tiga hari atau lebih. Tantangannya biasanya kalau benangnya putus, harus disambung lagi satu per satu,” ujar Vera.
Harga sarung tenun bervariasi, mulai dari Rp450 ribu hingga Rp1,5 juta, tergantung kerumitan motif dan waktu pengerjaan.
Tak sedikit pelanggan berasal dari luar kota, menjadi bukti bahwa produk kriya lokal ini masih punya pesona tersendiri.
"Sudah banyak yang memesan kain tenun saya, bahkan dari berbagai kota," kata dia.
Kampung Wisata Tenun buka setiap hari, mulai pukul 09.00 hingga 15.00 Wita. Inilah waktu terbaik untuk berkunjung, karena aktivitas para penenun sedang berlangsung penuh semangat.
Bagi wisatawan yang ingin mengisi akhir pekan dengan kegiatan bermakna sekaligus mendukung pelestarian budaya lokal, tempat ini bisa jadi pilihan yang menyenangkan.